By Briyan Efflin Syahputra
ANALISA PORTER’S FIVE FORCES MODEL
BANK MANDIRI (PERSERO) Tbk
Berikut adalah analisa PORTER’S FIVE FORCES MODEL BANK MANDIRI (PERSERO) Tbk:
ANCAMAN DARI PESAING: TEKANAN TINGGI
Saat ini banyak bank yang berdiri dan menawarkan pelayanan yang hampir sama dan
serupa dengan Bank Mandiri, seperti kartu atm, kartu kredit, e-cash, pay-pall dll. Hal ini
menyebabkan persaingan bank di Indonesia cukup tinggi.
Iklim pasar perbankan di Indonesia yang cukup stabil membuat persaingan diantara satu
bank dengan bank yang lain tinggi.
Segmen masyarakat Indonesia yang beragam menjadi salah satu faktor tumbuh pesatnya
jumlah bank di seantero negeri. Sehingga antar bank saling bersaing demi mendapat
Penguasaan teknologi yang cukup tinggi diantara bank, membuat banyak bank berlomba
dalam bersaing meningkatkan pelayanannya melalui penggunaan teknologi.
Persaingan bank dalam memberikan kredit dan dana pihak ketiga (DPK) semakin tinggi.
Bank Mandiri memanfaatkan peluang kompetisi ini dengan meningkatkan kualitas dan
kuantitas produk – produknya.
Pesaing bank mandiri yang semakin dekat yaitu BCA. Hal ini terlihat dari jumlah aset
dari bank tersebut yaitu sebesar 621,98 Triliun rupiah. Sedangkan jumlah aset Bank
Mandiri sebesar 474,74 triliun rupiah.
Bank Mandiri masih kesulitan untuk menguasai segmen kelas menengah bawah, karena
di bagian kelas ini terdapat salah satu rivalnya, yaitu Bank BRI yang memiliki kekuatan
cukup besar pada wilayah akar rumput.
DAYA TAWAR PELANGGAN/NASABAH: TEKANAN SEDANG
Banyak tingkatan pelanggan dari masyarakat tingkat bawah hingga menengah atas yang
menggunakan layanan perbankan.
Pertimbangan nasabah saat akan memilih bank untuk investasi/deposito adalah tingkat
keuntungan, biaya administrasi, tingkat keamanan, produk – produk yang ditawarkan dan
pelayanan.
Produk yang ditawarkan beragam, dimana produk – produk tersebut diharapkan dapat
dimanfaatkan oleh banyak segmen nasabah.
Walaupun saat ini Bank Mandiri telah memperlebar jangkauannya untuk masyarakat tingkat
bawah, namun tidak semuanya dapat menikmati produk – produk Bank Mandiri. Hanya
masyarakat yang memiliki kemampuan keuangan berkecukupan yang dapat merasakan
produk – produk tersebut.
Hanya sedikit masyarakat Indonesia yang telah menggunakan jasa lembaga keuangan, yaitu
lebih kurang 20% dari jumlah total masyarakat Indonesia.
Rata-rata masyarakat yang menggunakan jasa Bank Mandiri masih dari kalangan menengah
atas, kalangan menengah bawah masih banyak yang menggunakan jasa Bank Mandiri. Hal
ini disebabkan oleh banyak faktor, salah satu faktor yag paling kuat, terdapat Bank Pesaing
(Seperti BRI), yang menawarkan produk-produk yang diminati atau dipercayai oleh
kalangan menengah kebawah. Hal ini juga dikarenakan masih adanya pandangan
masyarakat kalangan kebawah, bahwa Bank Mandiri hanya untuk kalangan atas.
ANCAMAN DARI PENDATANG BARU : TEKANAN SEDANG
Seperti yang diketahui bahwa adanya API (Arsitektur Perbankan Indonesia) yang telah
disusun oleh BI yang mengatur bahwa Bank umum yang memiliki modal yang terbatas,
juga akan diberikan juga batasan-batasan dalam melakukan ekspansi bisnisnya. Dengan
adanya regulasi ini dapat disimpulkan adanya keterbatasan untuk melakukan ekspansi,
seperti membuka Cabang bagi Bank umum jika modal nya terbatas. Sehingga cakupan
konsumen yang mereka dapat juga kecil. Hal ini akan membuat pihak yang akan
mendirikan sebuah Bank memang harus memiliki modal yang tinggi jika ingin bersaing
dengan Bank yang telah banyak berdiri, khususnya Bank Mandiri. Ini akan menjadi suatu
syarat cukup sulit untuk mendirikan suatu Bank, karena terbatasnya ekspansi suatu Bank,
jika modalnya juga terbatas.
Pada saat ini OJK sedang membahas Master Plan Perbankan Indonesia(MP2I) untuk
periode 2014-2024. MP2I ini merupakan modifikasi dari API yang telah disusun oleh BI.
Salah satu pembahasan dalam MP2I ini nantinya akan membahas mengenai modal
minimum untuk mendirikan sebuah Bank. Modal minimum yang dibahas akan dinaikan
dari modal minium yang telah diatur sebelumnya, yang artinya modal yang dibutuhkan
jika ingin mendirikan sebuah Bank semakin tinggi. Dengan adanya pembahasan ini, Bank
yang memiliki permodalan yang rendah (Tergolong dalam BUKU I) diharapkan untuk
melakukan merger yang kemudian akan menghasilkan Bank baru, dengan modal diatas 1
Triliun. Dengan adanya aturan ini maka akan memaksa Bank yang tergolong dalam
BUKU 1 (Permodalan 100 Miliar-1 Triliun) akan melakukan Merger yang otomatis akan
menghasilkan Bank Baru dengan permodalan yang Tinggi, dan ini bisa menjadi ancaman
juga Bank Mandiri, karena akan lahir Bank baru dengan modal yang tinggi juga,
sehingga ekspansi Bank baru ini juga dapat semakin luas. Akan tetapi dengan adanya
aturan ini juga, dapat menjadi hambatan juga bagi Bank pendatang baru (dalam arti,
bukan Bank yang terbentuk berdasakan merger), dengan adanya aturan modal yang
semakin tinggi untuk mendirikan Bank, akan menghambat untuk mendirikan Bank baru.
Sehingga jumlah Bank di Indonesia juga dapat dibatasi.
DAYA TAWAR PEMASOK: TEKANAN RENDAH
Bank Mandiri membutuhkan pemasok dalam menyokong alat – alat pelayanan nasabah
seperti mesin ATM, aplikasi sistem informasi, ERP perusahaan, dll. Pemasok ini berasal dari
berbagai perusahaan pemasok yang banyak jumlahnya dan beragam jenisnya.
Bank Mandiri yang saat ini berada di peringkat atas, jelas memiliki kekuataan dalam
menentukan para pemasoknya. Maka dari keadaan ini, mereka dengan mudah memilih mana
pemasok yang akan dijadikan sebagai rekan bisnis. Konsekuensinya, daya tawar pemasok
menjadi lemah.
Jumlah pemasok relatif banyak dan pelanggan dari mereka (Perbankan) terhitung sedikit,
membuat tingkat permintaan akan produk mereka tidak terlalu tinggi. Ini pun akan
memengaruhi tingkat daya tawar pemasok.
Pengaruh pemasok dalam dunia perbankan dapat dikatakan rendah, hal ini berbeda bila
dibandingkan pada dunia bisnis industri yang memiliki pengaruh cukup besar.
ANCAMAN DARI SUBSTITUSI: TEKANAN TINGGI
Ancaman dari sisi substitusi tergolong tinggi, ini diukur dari opsi/pilihan masyarakat ketika
ingin menginvestasikan uang yang dimiliki agar memperoleh manfaat lebih selain di
perbankan seperti di Lembaga Keuangan Asuransi, Koperasi, Pasar Modal, dan Pegadaian.
Tidak ada biaya peralihan pada faktor subtitusi lembaga keuangan, sehingga nasabah dengan
mudah berpindah dari satu lembaga keuangan ke lembaga keuangan lainnya.
Calon nasabah tetap membutuhkan lembaga keuangan baik itu perbankan ataupun nonperbankan.
Lembaga keuangan lainnya hadir dengan tawaran pelayanan dan keamanan yang
tidak lebih buruk dari perbankan.
Maka, Bank Mandiri harus tetap mencari cara untuk menanggulangi ancaman ini dengan
cara memberikan pelayanan yang lebih “memanjakan” nasabah, agar kelebihan yang
dimiliki lembaga keuangan lainnya dapat tetap diantisipasi oleh Bank Mandiri. Namun,
memang konsekuensi yang akan terjadi adalah beban perusahaan bertambah dan keuntungan
pun akan turun.
Suka dengan artikelnya, sangat membantu dijadikan referensi. Tapi saya bingung, siapa ya suppliernya mandiri ini?dan kale misal ada, supplier ini menjadi supplier apa bagi pihak mandiri?
BalasHapusTerima kasha.
supplier nya ya masyarakat. they don't have any resources but technology and some capital(saat ini minimal modal agar dapat mendirikan bank itu sekitar Rp. 3T) yang bisa didapat dari investor yang nantinya duduk di jajaran komisaris. Jadi bisa di bilang suppliernya ya masyarakat, meliputi masyarakat umum dan investor.
HapusKlo menurut saya suppliernya bisa datang dri bagian informasi seperti jaringan internet... Klo gak jaringan wifi telkomsel bank bisa pindah ke jaringan wifi lainnya...
BalasHapus