By Briyan Efflin Syahputra
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang
Dewasa ini, sosok kepemimpinan yang baik sangat sulit
kita temukan. Generasi muda sekarang selalu dihadapkan dengan tipe kepemimpinan
yang sangat tidak layak untuk dicontoh. Hal ini juga terjadi di Indonesia, pada
saat ini mayoritas pemimpin-pemimpin bangsa kita masih dipertanyakan apakah
layak mereka disebut sebagai pemimpin yang baik dan pemimpin sekarang mengalami
krisis moral. Pemikiran ini muncul bukan berdasarkan tanpa sebab, dapat dilihat
pada saat ini mayoritas pemimpin di Indonesia masih sangat jauh dari sosok
pemimpin yang ideal.
Sebagai
umat muslim, seorang
pemimpin yang ideal adalah seorang pemimpin yang bersifat/berprilaku sesuai
dengan Al-Quran, Hadist, serta keteladanan Rasulullah dan para sahabat. Salah satu sahabat yang dapat dicontoh mengenai tipe
kepemimpinan yang ideal adalah Abu Bakar Ash-Shiddiq. Abu Bakar merupakan
khalifah pertama setelah wafatnya Rasulullah, yang memimpin umat Islam ketika
Rasulullah wafat. Beliau merupakan tipe pemimpin yang tegas, yang mana semua
perbuatan dan kebijakannya selalu berlandaskan dengan ajaran Islam. Tipe
kepemimpinan seperti Abu Bakar merupakan salah satu kepemimpinan yang sangat
baik untuk diikuti oleh generasi muda sekarang.
Berdasarkan pemikiran diatas, maka disusunlah makalah
ini. Makalah ini disusun untuk membahas berbagai informasi mengenai
kepemimpinan Abu Bakar Ash-Shiddiq sebagai khalifah pertama. Diharapkan dengan
adanya pembahasan dalam makalah ini, pembaca dapat memahami dengan baik
bagaimana kepemimpinan Abu Bakar Ash-Shiddiq dan dapat menajdi inspirasi dan panutan bagaimana tipe
kepemimpinan yag ideal.
B.
Rumusan Masalah
1. Seperti apa
biografi hidup Abu Bakar Ash-Shiddiq?
2. Bagaimanakah
hubungan antara Abu Bakar Ash-Shiddiq dengan Nabi Muhammad SAW?
3. Bagaimana proses
pengangakatan Abu Bakar Ash-Shiddiq sebagai khalifah pertama setelah wafatnya
Nabi Muhammad SAW?
4. Seperti apakah
masa kepemimpinan Abu Bakar Ash-Shiddiq sebagai sang penyelamat Islam pertama sampai
beliau wafat?
C.
Tujuan
1. Memberikan informasi
kepada pembaca mengenai sekilas mengenai biografi Abu Bakar ash-Shiddiq.
2. Pembaca memahami
dengan baik hubungan antara Abu Bakar Ash-Shiddiq dengan Nabi Muhammad SAW.
3. Pembaca memahami
bagaimana proses pengangkatan Abu Bakar Ash-Shiddiq sebagai khalifah pertama.
4. Memberikan
pengertahuan lebih kepada pembaca mengenai bagaimana masa kepemimpinan Abu
Bakar sebagai sang penyelamat Islam pertama sampai beliau wafat.
D.
Manfaat
1. Pembaca mendapat
informasi mengenai sekilas mengenai biografi Abu Bakar Ash- Shiddiq.
2. Pembaca dapat
paham dengan baik bagaimana hubungan antara Abu Bakar Ash- Shiddiq dengan Nabi
Muhammad SAW.
3. Pembaca dapat
paham bagaimana proses pengangkatan Abu Bakar Ash-Shiddiq sebagai khalifah
pertama.
4. Pembaca mendapat
informasi lebih tentang masa kepemimpinan Abu Bakar Ash- Shiddiq sebagai sang
penyelamat Islam pertama sampai beliau wafat.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Abu
Bakar Ash-Shiddiq
Abu Bakar Ash-Shiddiq dilahirkan
di Mekkah dari
keturunan Bani Tamim (Attamimi), suku bangsa Quraish. Beliau
lahir pada tahun 573 M, dan wafat pada tanggal 23 Jumadil akhir tahun 13 H
bertepatan dengan bulan Agustus 634 M, dalam usianya 63 tahun, usianya lebih
muda dari Nabi SAW 3 tahun. Abu Bakar adalah seorang pedagang, hakim dengan kedudukan tinggi, seorang yang
terpelajar serta dipercayai sebagai orang yang mampu menafsirkan mimpi. Ia memiliki
nama asli Abdullah ibn Abi Qahafah. Ayah Abu Bakar bernama Abu Qahafah yang
semula bernama Utsman ibn Amir sedangkan ibunya bernama Ummu Al-Khair yag
semula bernama Salma Binti Sakhr ibn Amir. Sebelum masuk Islam Abu bakar
bernama Abdul Ka’bah, kemudian setelah masuk Islam diganti oleh Rasulullah
menjadi Abdullah. Dijuluki Abu Bakar karena dari pagi-pagi betul (orang yang
paling awal) memeluk Islam. Gelar Ash-Shiddiq diperolehnya karena ia dengan
segera membenarkan nabi dalam berbagai peristiwa, terutama dalam Isra’ dan
Mi’raj. Seringkali mendampingi Rasulullah disaat-saat penting atau jika
berhalangan, Rasulullah mempercayainya sebagai pengganti untuk menangani
tugas-tugas keagamaan dan atau mengurusi persoalan-persoalan aktual di Madinah.
Pilihan umat terhadap tokoh ini sangatlah tepat.
Pertemuan antara Rasulullah
dan Abu Bakar terjadi ketika Rasulullah menikah
dengan Khadijah binti Khuwailid, dan beliau
pindah dan
hidup dengan istrinya. Pada saat itu Rasulullah menjadi tetangga Abu Bakar. Sejak saat
itu mereka berkenalan satu sama lainnya. Mereka berdua berusia sama, pedagang
dan ahli berdagang.
B.
Hubungan
Abu Bakar Shiddiq dengan Nabi Muhammad SAW
Tempat tinggal Abu Bakar terletak di daerah pemukiman pedagang Quraisy yang
kaya. Dari daerah itulah para pedagang Quraisy biasa mengirimkan barang
dagangannya yang akan dijual di daerah Syam dan Yaman. Khadijah binti khuwailid
yang kelak akan menjadi istri Nabi SAW juga tinggal di daerah tersebut. Karena
tempat tinggal mereka berdekatan Abu Bakar menjalin persahabatan dengan
Muhammad SAW setelah beliau menikah dengan khadijah dan menempati rumah
istrinya itu. Usianya lebih muda dari usia Muhammad SAW, sekitar dua tahun
lebih beberrapa bulan. Barangkali karena kesetaraan usia dan usaha dagangnya,
Abu Bakar lebih memiliki keserasian dalam hal akhlak dan ketenangan jiwa dengan
Rasulullah SAW. Demikian pula dengan keinginannya untuk meninggalkan
adat-istiadat dan kepercayaan suku Quraisy.
Diajaknya Abu Bakar untuk mengikuti agama Allah SWT yang Mahatunggal dan
Mahakuasa. Tanpa berpikir panjang Abu Bakar
langsung menerima ajakan Muhammad SAW itu. Hatinya
tidak pernah ragu menerima seruan sahabatnya.Sejak saat itulah jalinan hubungan
antara keduanya mulai berjalan erat.Persahabatan
itu bertambah kokoh karena kesungguhan dan kejujuran Abu Bakar dalam memegang
keimanan kepada Muhammad SAW beserta Risalah yang dibawanya.
Karena pergaulannya yang luas ditambah dengan keramah-tamahannya, Abu Bakar
mampu mengajak orang lain untuk mengikuti jejaknya untuk memeluk agama Allah SWT,
Berkat ajakannya beberapa orang kemudian masuk islam. Mereka
antara lain adalah Abdurrahman ibn Auf, Utsman ibn Affan, Thalhah ibn
Ubaidillah, Sa’ad ibn Abi Waqqash dan Zubair ibn Awwam.
C.
Pengangkatan Abu Bajar Ash-Shiddiq Sebagai Khalifah
Pertama
Permasalahan yang pertama kali muncul sepeninggal
Rasulullah adalah ketika siapakah yang akan menggantikan beliau. Rasullulah
selalu mengajarkan kepada umatnya agar selalu mengutamakan “musyawarah” dalam menyelesaikan
setiap masalah yang ada, termasuk dalam menentukan siapakah yang berhak
menggantikan posisi Rasulullah. Ketika sepeninggal Rasulullah, muncul
permasalahan, siapakan yang berhak mengganti beliau. Ketika Rasulullah wafat,
ketika para sahabat yang sedang sibuk dalam mengurusi jenazahnya, tiba-tiba Abu
Bakar dan Umar langsung meninggalkan tempat duka menuju ke Muktamar Tsaqifah
Bani Sa’idah. Hal ini mereka lakukan karena pada waktu yang sama telah terjadi
perdebatan yang membahas tentang siapakah yang layak untuk menjadi pengganti
Rasulullah. Pada saat perdebatan yang hampir menyebabkan perpecahan ini,
akhirnya Abu Bakar yang terpilih untuk memangku jabatan khalifah pertama
berdasarkan pilihan yang bersifat sangat demokratis, dan telah memenuhi tata
cara perundingan yang dikenal dunia modern saat ini. Kaum Anshar menekankan
pada persyaratan jasa (merit), dan mereka mengajukan Sa’ad ibn Ubadah sebagai
pengganti Rasullulah. Kaum Muhajirin menekankan pada persyaratan kesetiaan, dan
mereka mencalonkan Abu Ubaidah ibn Jarrah. Sedangkan Ahlul Bait menginginkan
Ali ibn Abi Thalib untuk menjadi khalifah atas kedudukannya dalam islam, juga
sebagai menantu dan karib Nabi. Ketika terjadinya perdebatan yang sangat
panjang mengenai siapa yang akan menggantikan Rasulullah sebagai Khalifah
pertama, Abu Bakar langsung berpidato di hadapan para sahabat yang ada disana
dengan alasan hadis Nabi: al-Ayimmatu min
Quraisy (Kepemimpinan dalam Islam adalah dari kalangan Quraisy), serta
dengan berbagai pertimbangan lainnya serta perdebatan yang panjang, akhirnya Abu Bakar dipilih untuk menjadi
khalifah.
Sehingga perdebatan itu selesai dengan damai.
D.
Abu Bakar Ash-Shiddiq Sang Penyelamat Islam Pertama
Abu
Bakar memangku jabatan sebagai khalifah pertama selama dua tahun lebih sedikit
yang dihabiskannya terutama untuk mengatasi berbagai permasalahan yang muncul
didalam negeri akibat wafatnya Rasulullah. Terpilihnya Abu Bakar sebagai
khalifah yang pertama membagun kembali kesadaran dan tekat umat untuk selalu
bersatu dalam melanjutkan tugas mulia Nabi. Ia menyadari bahwa kekuatan
kepemimpinannya bertumpu pada komunitas yang bersatu.
Abu
Bakar disebut sebagai penyelamat Islam pertama, karena setelah wafatnya
Rasulullah dialah yang telah dipercaya oleh para sahabat untuk menjadi khafilah
pertama. Bukan hal ini saja, walaupun dengan masa kepemimpinan hanya dua tahun
lebih, banyak sekali hal-hal yang dilakukannya untuk melanjutkan tugas-tugas
mulia Rasulullah, apalagi sepeningal Rasulullah banyak sekali muncul
masalah-masalah diantara masyarakat Arab yang dapat membuat Islam terpecah
belah dan mengarah pada kesesatan, seperti penduduk Mekah yang bersiap-siap
menjadi Murtad, munculnya nabi-nabi palsu, dan sebagainya. Berikut beberapa hal yang dilakukan Abu
Bakar selama kepemimpinannya, sekaligus sebagai penyelamat Islam pertama
setelah wafatnya Rasulullah, antara lain:
·
Pengiriman
pasukan Usamah
Perintah pertama yang dikeluarkan setekah selesai
pelantikan Abu bakar sebagai Khalifah adalah: “teruskan pengiriman pasukan Usamah”.
Usamah ialah pemimpin pasukan yang diperintahkan Nabi persiapannya dari
pemuka-pemuka Muhajirin dan Anshar untuk menghadapi Rumawi, setelah terjadinya
bentrok antara keduanya di Mu’tah dan Tabuk, Rasulullah selalu khawatir pihak
Rumawi akan menyerbu Muslimin sebagai akibat pertentangan antara agama yang
baru muncul ini dengan mereka yang beragama Nasrani.
Sepeninggal Rasulullah, Abu Bakar sangat yakin untuk
melanjutkan pengiriman pasukan ini, hal ini dikarenakan untuk membalas
pembunuhan ayahnya, Zaid, dan kerugian yang diderita oleh umat islam dalam
perang Mu’tah. Hal ini juga dikarenakan keyakinan dan kecintaan beliau terhadap
Rasulullah. Ia berkata: “ Demi nyawa Abu Bakar, sekiranya serigala akan
menerkamku, niscaya akan kuteruskan pengiriman pasukan Usamah seperti apa yang
telah diperintahkan Nabi saw. Walaupun sebagian besar sahabat menentang keras
akan rencana ini, tetapi Khalifah tidak peduli karena dia yakin atas keputusan
yang telah dibuatnya. Nyatanya ekspedisi itu sukses dan membawa pengaruh
positif bagi umat Islam, khususnya didalam membangkitkan kepercayaan diri
mereka yang nyaris pudar.
·
Memberantas
Pembangkang Zakat
Sementara Usamah sedang dalam perjalanan menuju
perbatasan Rumawi, berita yang tersiar bahwa Nabi telah wafat mendorong
orang-orang Arab di luaran memberontak terhadap kekuasaan Medinah. Hal yang
menjadi lebih parah lagi adalah Musailimah dari Banu Hanifah dan Tulaihah dari
Banu Asad kemudian mendakwakan diri
sebagai Nabi dan mengajak banyak orang untuk mempercayai kenabiannya. Seruan
mereka tersebut berhasil, sehingga orag semacam Uyainah bin Hisn percaya akan
kenabian palsu ini. hal-hal tersebut merupakan tanda-tanda mulai adanya
penyimpangan dan pembangkangan yang terjadi. Tidak hanya permalahan itu yang
terjadi, orang-orang yang masih percaya dengan kebenaran Islam, ternyata banyak
diantara mereka enggan untuk menyara zakat kepada Abu Bakar. Hal ini sebenarnya
terjadi karena memang mereka kikir, serta adanya anggapan mereka pembayarn itu
seperti upeti yang sudah tak berlaku lagi sesudah Rasulullah wafat, dan boleh
mereka bayarkan kepada siapa saja yang mereka pilih sendiri sebagai pemimpinnya
di Madinah. Abu Bakar tentunya telah menyiapkan banyak strategi untuk
menyadarkan para pembangkang ini. Abu Bakar memiliki firasat bahwa bahwa kaum
pembangkang ini akan menyerang Madinah, hal ini disebabkan gencarnya
pembangkang ini mengajak orang-orang muslim di Madinah agar tetap memeluk
Islam, tetapi tidak perlu mebayar zakat. Ternyata firasatnya benar, akan tetapi
Abu Bakar telah menyiapkan strategi untuk menghadapi penyerangan ini, sehingga
kaum pembangkang tersebut kalah, dan membuat para kaum/kabilah-kabilah tersebut
kembali sadar dan cepat-cepat menunaikan zakat kepada Khalifah Rasulullah
setelah kemenangannya.
·
Memberantas
Riddah
Sepeninggal Rasulullah, banyak masyakat Arb
melakukan Riddah. Riddah merupakan gerakan pengingkaran terhadap Islam. Riddah
berarti Murtad, beralih agama dari Islam ke kepercayaan semula, secara politis
merupakan pembangkangan terhadap lembaga khalifah. Sikap mereka adalah
perbuatan maker yang melawan agama dan pemerintah sekaligus.
Oleh karena itu, khalifah dengan tegas melancarkan
operasi pembersihan terhadp mereka. Mula-mula hal itu dimaksudkan sebagai
tekanan untuk mengajak mereka kembali kejalan yang benar, lalu berkembang
menjadi perang untuk merebut kemenangan. Tindakan ini juga untuk dilakukan
untuk menumpas nabi-nabi palsu dan orang-orang yang enggan membayar zakat.
·
Pengumpulan
Al-Quran
Penumpasan terhadap orang-orang murtad dan para
pembangkang tersebut terutama setelah
mendapat dukungan dari suku Gatafan yang kuat ternyata banyak menyita
konsentrasi Khalifah, baik secara moral maupun politik. Situasi keamanan Negara
Madinah menjadi kacau sehingga banyak sahabat, tidak terkecuali Umar yang
dikenal keras menganjurkan bahwa dalam keadaan yang sangat kritis lebih baik
jika mengikuti kebijakan yang lunak. Terhadap ini khalifah menawab dengan
marah: “kalian begitu keras di jaman Jahiliah, tetapi sekarang setelah Islam,
kalian menjadi lemah. Wahyu-wahyu Allah telah berhenti dan agama kita telah
memperoleh kesempurnaan. Kini haruskah Islam dibiarkan rusak dalam masa
hidupku? Demi Allah, seandainya mereka menahan sehelai benang pun (dari zakat)
saya akan memerintahkan untuk memerangi mereka.”
Dalam memerangi kaum Murtad ini, dari kalangan kaum
muslimin banyak hafizh (penghafal
Al-Quran) yang tewas. Dikarenakan merupakan penghafal bagian-bagian Al-Quran,
Umar cemas jika angka kematian tersebut bertambah, yang berarti beberapa bagian
lagi dari Al-Quran akan musnah. Oleh karena itu ia menasehati Abu Bakar untuk
membuat suatu “kumpulan” Al-Quran. Mulanya Khalifah agak ragu untuk melakukan
tugas ini karena tidak menerima otoritas dari nabi, tetapi kemudian ia
memberikan persetujuan da menugaskan Zaid bin Tsabit. Menurut Jalaluddin
As-Suyuti bahwa pengumpulan Al-Quran ini merupakan salah satu jasa besar dari
khalifah Abu Bakar.
Peperangan melawan para pengacau tersebut meneguhkan
kembali khalifah Abu Bakar sebagai “Penyelamat Islam”, yang berhasil
menyelamatkan Islam dari kekacauan dan kehancuran, da membuat agama itu kembali
memperoleh kesetiaan dari seluruh Jazirah Arab.
·
Perluasan
Kedaulatan Islam
Sesudah memulihkan ketertiban di dalam negeri, Abu
Bakar lalu mengalihkan perhatiannya untuk memperkuat perbatasan dengan wilayah
Persia dan Bizantium, yag akhirnya menjurus kepada serangkaian peperangan
melawan kedua kekaisaran itu.
Tentara islam dibawah pimpinan Musanna dan Khalid
bin Walid dikirim ke Irak dan Menaklukan Hirah. Sedangkan ke Syiria, suatu
Negara di Arab yang dikuasai Romawi Timur (Bizantium), Abu bakar mengutus empat
panglima, yaitu Abu Ubaidah, Yazid bin Abi Sufyan, Amir bin Ash, dan Syuhrabil.
Ekspedisi ke Syiria ini memangsangat besar artinya bagi dalam konstalasi
politik umat Islam karena daerah protektorat itu merupakan front terdepan
wilayah kekuasaan Islam dengan Romawi Timur. Dengan bergolaknya tanah Arab pada
saat menjelang dan sesudah wafatnya nabi, impian bangsa bangsa Romawi untuk menghancurkan
dan menguasai agama Islam hidup kembali. Mereka menyokong sepenuhnya pergolakan
itu serta melindungi orang-orang yang berani berbuat maker terhadap
pemerintahan Madinah. Dalam peristiwa Mu’tah, bangsa Romawi bersekongkol dengan
suku-suku Arab pedalaman (Badui) dan orang Persia memberikan dukungan yang
aktif untuk melawan kaum muslimin
Faktor penting lainnya dari pengiriman pasukan
besar-besaran ke Syiria ini sehingga empat panglima sekaligus adalah karena
umat Islam Arab memandang Syiria sebagai bagian integral dari semenanjung Arab.
Negeri itu didiami oleh suku bangsa Arab yag berbicara menggunakan bahasa Arab.
Dengan demikian, baik untuk keamanan umat islam (Arab) maupun untuk pertalian
nasional dengan orang-orang Syiria adalah sangat penting bagi kaum muslimin
(Arab). Ketika pasukan Islam dengan mengancam Palestina, Irak dan kerajaan
Hirah, dan telah meraih beberapa kemenangan yang dapat memberikan kepada mereka
beberapa kemungkinan besar bagi keberhasilan selanjutnya
E.
Wafatnya
Abu Bakar Shiddiq
Ketika Abu Bakar sakit dan merasa
ajalnya sudah dekat, Ia bermusyawarah dengan para pemuka sahabat, kemudian
mengangkat Umar sebagai penggantinya dengan maksud untuk mencegah kemungkinan
terjadinya perselisihan dan perpecahan di kalangan umat Islam. Sebelum beliau wafat, sakit beliau berlangsung selama 16 hari dan Abu Bakar
meninggal dunia pada hari Senin, tanggal 22 Jumadil Akhir 13 H atau 23 Agustus
634 M. Setelah Abu Bakar wafat,
secara resmi menggantikan beliau menjadi khalifah.
BAB
III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Abu Bakar
Shiddiq adalah seorang pemimpin yang sangat layak untuk dicontoh sebagai
pemimpin yang ideal. Beliau adakah seorang pemimpin yang sangat tegas, adil dan
bijaksana, serta tentunya semua yang dilakukannya sebagai seorang pemimpin
selalu berlandaskan atas ajaran Islam. Dalam kepemimpinannya sebagai khalifah
Abu Bakar sangat banyak dihadapkan dengan permasalahan yang sangat rumit, yang
selalu dapat menyebabkan Islam terpecah belah. Permasalahan yang selalu
dihadapinya selalu dapat dia selesaikan dengan baik, dia memang sangat pantas
dianggap sebagai sangat penyelamat Islam pertama. Pemikiran ini tentunya tidak
muncul tanpa alasan dan bukti. Banyak prestasi yang dilakukannya untuk Islam,
sehingga Islam yang awalnya hampir di ambang kehancuran sepeninggal Rasulullah
dapat ia persatukan kembali.
B. Saran
- Pembaca agar mampu memahami dengan baik riwayat hidup Abu Bakar Ash-Shiddiq, karena banyak sekali manfaat yang akan kita peroleh.
- Pembaca dapat menjadi Abu Bakar Ash-Shiddiq sebagai salah satu tipe kepemimpinan Islam yang patut untuk dicontoh.
- Pembaca dapat memaknai dengan baik setiap amal dan perbuatan yang telah dilakukan Abu Bakar Ash-Shiddiq.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar