Oleh: Yovi Citra Nengsih
BAB I
KASUS PEMBUNUHAN FRANCEISCA YOFIE
13-08-2013 22:06
BANDUNG,DETIK.com
FRANCEISCA YOFIE adalah wanita
cantik manager sebuah perusahaan leasing PT Venera Finance yang Tewas Dibacok dan Diseret Motor di Bandung
Bandung, Wanita berparas cantik menjadi korban
penganiayaan sadis di Bandung. Pelaku tak dikenal membacok dan menyeret wanit
muda yang tanpa mengantongi identitas. Peristiwa ini terjadi di dekat Lapang
Abra, Jalan Cipedes Tengah, RT 7 RW 1, Kelurahan Cipedes, Kecamatan Sukajadi,
Kota Bandung, beberapa saat warga setempat berbuka puasa atau sekitar pukul
18.30 WIB, Senin (5/8/2013). "Korban berusia sekitar 20 hingga 25 tahun
ini menjadi korban penganiayaan.
Bagian kepalanya luka terbuka karena dibacok.
Saksi melihat pelaku menyeret korban diseret di jalan," jelas Kapolsek
Sukajadi AKP Suminem di kamar mayat Rumah Sakit Hasan Sadikin (RSHS) Bandung.
Polisi hingga kini masih mengidentifikasi jasad wanita berhidung mancung dan
berkulit putih itu. "Kami masih mencari identitasnya. Sebab tidak
ditemukan tanda pengenal," jelas Suminem. Ia menyebut, saat ditemukan
sekarat di tempat kejadian perkara oleh warga, korban menggunakan baju blezeer
hitam dan celana panjang katun hitam. "Baju dan celananya sobek-sobek
karena bekas diseret. Korban sempat bernafas saat ditolong warga, namun meninggal
dunia sewaktu perjalanan ke rumah sakit," tutur Suminem.
Pantauan
detikcom, pukul 21.00 WIB, warga masih berkurumun di lokasi kejadian. Menurut
warga sekitar, Denin (21), wanita itu ditemukan sekarat dengan posisi
tertelungkup di tengah jalan berbeton. "Wajahnya geulis (cantik). Tapi
enggak ada warga yang mengenalnya," kata Deni. Korban kini berada di kamar
mayat di RSHS Bandung setelah diangkut menggunakan mobil patroli polisi. Bagian
kaki hingga dada korban terdapat lebam lantaran bekas seretan. Polisi masih
menyelidiki perkara tersebut.
BAB II
INFORMASI KASUS PEMBUNUHAN PRANCISCA YOFIE
Selasa, 6
Agustus 2013
CCTV
di Sekitar Lokasi Pembunuhan Sisca Diperiksa
TRIBUNNEWS.COM
BANDUNG, - Pada saat melakukan olah Tempat Kejadian Perkara (TKP) ulang kasus
pembunuhan Fransisca Yofie (30) atau Sisca, Kepolisian memeriksa beberapa
closed circuit television (CCTV) yang terpasang di beberapa lokasi dekat
kejadian, Selasa (6/8). Mulai dari tempat korban diseret hingga tempat korban
ditelantarkan dan diduga dibacok pelaku. Dari hasil olah TKP tersebut, polisi
berhasil menemukan ceceran darah dan potongan rambut yang diduga milik korban.
Polisi pun tidak menemukan barang korban yang hilang.
"Tidak
ada barang yang hilang. Dari hasil olah TKP ulang ini, jarak dari pertama kali
diseret sampai ditemukan oleh warga itu, jaraknya sekitar 1 kilometer. Dalam
CCTV Terlihat dua orang pelaku memakai
sepeda motor jambak dan menyeret korban, namun tak terlihat jelas karena gelap.
Tapi, kami masih dalami lagi," ujar Kapolsek Sukajadi, AKP Sumi kepada
wartawan di lokasi olah TKP di kawasan Lapang Abra, Jalan Cipedes Tengah RT
07/01, Kelurahan Cipedes, Kecamatan Sukajadi, Bandung.
Kepolisian
melakukan olah TKP ulang di lokasi tewasnya Sisca pada Senin (5/8) malam. Meski
beberapa saat, usai peristiwa yang menggegerkan warga tersebut, polisi sudah
melakukan olah TKP. Namun saat itu, sempat terkendala kurangnya alat penerang
dan lokasi yang gelap, membuat Kepolisian sedikit mengalami kesulitan.
TRIBUNNEWS.COM
BANDUNG, Keluarga membawa jasad Fransisca Yofie (30) atau Sisca, Setelah
menginap semalam di Kamar Mayat Rumah Sakit Hasan Sadikin (RSHS). Seorang
wanita paruh baya yang disebut sebagai kakak Sisca itu dipapah seorang pria
yang juga masih kerabat korban, tak henti menangis. Keduanya, berjalan di depan
peti mati berwarna putih yang berisi jasad Sisca lalu masuk ke mobil ambulans. "Tadi
yang mengurus administrasi, keluarganya atas nama Elfie. Dari keterangan dia,
langsung dibawa ke rumah duka Nana Rohana," ujar salah seorang petugas
kamar mayat RSHS. Warga sempat menolongnya dan wanita yang belakangan diketahui
bernama Sisca ini mengembuskan napas saat dalam perjalanan ke RSHS. Korban yang
berusia 34 tahun ini menjadi korban penganiayaan. Bagian kepalanya mengalami
luka terbuka diduga karena luka bacokan. Saksi di lokasi kejadian, tak jauh
dari Lapang Abra, Jalan Cipedes Tengah, , Bandung sempat melihat pelaku
menyeret korban diseret di jalan. Polisi masih menyelidiki kasus ini dan sempat
melakukan olah Tempat Kejadian Perkara (TKP), sekitar pukul 22.00. (dic)
Rabu, 7 Agustus
2013.
Psikolog
Forensik Pembunuh Sebatas Ingin Cederai Sofie
TRIBUNNEWS.COM,
JAKARTA -- Pelaku pembunuhan sadis terhadap Sisca Yofie, manajer salah satu
perusahaan multifinance di Bandung, Senin (5/8/2013) lalu, masih diidentifikasi
polisi. Polisi juga masih mendalami dan menyelidiki kemungkinan apakah
pembunuhan yang dilakukan dengan cara cukup sadis ini, dilakukan dengan
terencana atau tidak. Namun Pakar Psikologi Forensik, Reza Indragiri Amriel,
mengatakan, setelah menganalisa kasus ini, ia justru menduga, niat pelaku
awalnya hanya ingin sebatas mencederai korban saja atau tidak ingin sampai
membunuh korban. Pencederaan pada korban, kata Reza, sangat mungkin ingin
dilakukan maksimal atau sampai membuat korban cacat permanen sekaligus
menghilangkan kecantikannya. Tidak adanya niat membunuh korban, menurut Reza,
bisa dilihat dari cara pelaku dalam menyiksa korbannya, yakni dengan membacok
korban dibagian yang tidak mematikan. Bahkan, pelaku menyeret korban dengan
sepeda motor hingga 1 km, yang tentunya akan meninggalkan jejak atau
bukti-bukti tentang pembunuhan. "Kenapa pelaku melukai dahi korban yang
jelas-jelas tidak mematikan, Kenapa juga pelaku menyeret korban, dan bukan
meninggalkan korban? Melukai dahi dan menyeret korban, sangat tidak efisien
jika sejak awal pelaku memang berniat membunuh korban," kata Reza kepada
Warta Kota, Rabu (7/8/2013).
Dosen
Perguruan Tinggi Ilmu Kepolisian (PTIK) dan Universitas Indonesia ini,
menjelaskan dalam aksi kejahatan apalagi pembunuhan, pelaku akan melakukannya
dengan cara yang paling efisien yakni dengan cepat melarikan diri dan
meninggalkan bukti sesedikit mungkin. "Tapi dalam kasus di Bandung ini,
pelaku tidak memenuhi misi efisiensi itu," kata Reza. Karenanya, Reza,
memastikan peristiwa ini bukanlah intentional murder yakni dimana sejak awal
pelaku memang berniat ingin menghabisi atau membunuh korban."Ini
sepertinya bukan intentional murder, namun collateral damage dimana niatan
sebatas mencederai, akhirnya menjadi tragedi atau menjadi accidental murder.
Pelaku sepertinya kebablasan. Emosi pelaku meluap hingga merusak rencana awal
mereka," papar Reza. Pelaku juga membacok kening dan wajah Sisca sembari
menyeretnya dengan sepeda motor. Warga yang berada di sekitar lokasi kejadian
mengatakan saat ditemukan, kondisi wanita cantik 34 tahun itu, sangat
mengenaskan dengan wajah dan tubuh penuh luka gores dan memar. Saat itu, Sisca
masih bernyawa dan kondisinya sekarat. Sisca yang bersimbah darah dengan wajah
dan tubuhnya penuh luka, sempat berada di lokasi kejadian, sekitar satu jam
lebih, sebelum akhirnya dievakuasi ke rumah sakit, namun meninggal dalam
perjalanan.
Kamis, 8 Agustus 2013:
Usut
Pembunuhan Sadis Franceisca Yofie alias Sisca
Polisi
membentuk tim khusus pemburu pelaku pembunuhan terhadap Franceisca Yofie alias
Sisca yang dibunuh secara kejam di Cipedes Tengah, Bandung pada Senin
(5/8/2013). Hal tersebut itu disampaikan oleh Kapolrestabes Bandung Kombes Pol
Sutarno saat dihubungi wartawan, Kamis (8/8/2013).
“Kami membentuk
tim khusus yang di back up oleh Polda. Itu sesuai dengan instruksi Kapolda,”
ujar Sutarno. Saat ini polisi masih fokus mencari bukti-bukti melalui lama
facebook korban, yaitu https://www.facebook.com/franceisca.yofie
Dalam
facebook sisca banyak
postingan yang mengandung kata kebencian
dan dendam Yang di duga ada hubungan nya dengan sesorang yang masih belum
diketahui ,sejauh ini kita masih menyelidiki “ujar sutarno”.
Kamis, 22
Agustus 2013
iPhone
Sisca Dibuang
BANDUNG,
KOMPAS.com — Elfie, kakak korban pembunuhan Kepala Cabang PT Verena Multi
Finance, Bandung, Franciesca Yofie (34), Rabu (21/8/2013), mempertanyakan
iPhone milik adiknya yang hilang setelah tewas pada awal Agustus lalu. Namun,
polisi menyatakan, iPhone tersebut dibuang tersangka, Adek dan Wawan, dalam
pelarian mereka setelah melakukan pembunuhan. Hingga kini, iPhone tersebut
belum ditemukan oleh polisi. Kuasa hukum keluarga Franciesca, Mohammad Tohir,
menyatakan, Elfie menanyakan soal itu setelah polisi menunjukkan barang-barang
milik korban saat gelar barang bukti dan penambahan berkas acara pemeriksaan di
Kepolisian Resor Kota Besar (Polrestabes) Bandung, Jawa Barat (Jabar). ”Polisi
tak merinci mengapa iPhone itu dibuang,” ujarnya. Tohir didampingi rekannya,
Haerullah, serta kakak korban Elfie dan suaminya. Pemaparan barang milik korban
berlangsung selama 1,5 jam. ”Dari barang-barang milik korban, keluarga memang
tidak semua tahu,” ujar Tohir.
Sebagaimana
diberitakan, Franciesca disergap tersangka setelah turun dari mobilnya di depan
rumah kosnya di Jalan Setra Indah Utara II. Pelaku mengaku ingin merampas
barang, tetapi korban melawan sehingga dibunuh. Korban kemudian jatuh dan
rambutnya terlilit pada gir motor sehingga terseret. Namun, sejumlah saksi
menyatakan hal berbeda. Korban diseret dari motor hingga tewas.Sementara itu,
untuk menjaga reka ulang pembunuhan Franciesca, Kamis, Polrestabes akan menjaga
ketat dengan mengerahkan personel gabungan. ”Ini antisipasi karena kasus ini
mendapat sorotan,” kata Kepala Bagian Operasional Polrestabes Bandung Ajun
Komisaris Besar Dicky Budiman.
Jumat, 9 Agustus
2013
Sudah
Ada yang Mengaku Pembunuh Sisca
TRIBUNNEWS.COM,
JAKARTA - Pihak kepolisian akhirnya menemukan titik terang terkait siapa pelaku
misterius pembunuhan sadis terhadap Fransisca (Sisca), yang dibunuh di Jalan
Cipedes Senin (5/8/2013) lalu.
"Ada titik
terang. Sudah ada yang mengaku kalau dia yang membunuh. Tapi perihal
identitasnya siapa orang itu masih belum tahu," ucap Kepala Divisi Humas Mabes
Polri Inspektur Jenderal Ronny F Sompie, Sabtu (10/8/2013) di Mabes Polri. Lalu
saat ditanya terkait pengakuan seseorang yang mengaku membunuh Sisca, Ronny
menjawab belum mengetahui secara rinci. Namun Ronny memastikan memang hari ini
ada yang mengaku pada penyidik terkait pembunuhan sadis tersebut.
"Soal cara
pengakuannya telpon atau datang menyerahkan diri juga belum tahu. Saya hanya
dapat informasi dari penyidik ada yang mengaku," tegas Ronny. Ronny
menjelaskan nantinya pengakuan dari orang tersebut akan dikembangkan oleh
penyidik. Namun pastinya penyidik juga tidak akan percaya seratus persen pada
pengakuan tersebut. Dikatakan Ronny, pengakuan itu nantinya akan dibuktikan
lagi dengan keterangan para saksi dan barang bukti yang ada. Termasuk pula apakah
pelakunya tunggal atau ada yang lain.
"Pengakuannya
akan dibuktikan, dicocokkan. Kalau seandainya pelakunya berkelompok, kalau yang
ngaku hanya satu kan bisa kita cari lagi yang lainnya. Bisa juga pelaku ini
suruhan atau memang pelaku yang memang berhubungan langsung dengan
korban," kata Ronny.
Satu
Terduga Pelaku Pembunuh Sisca Ditangkap di Cianjur
TRIBUNNEWS.COM,
BANDUNG - Polda Jawa Barat kembali menangkap seorang yang diduga turut serta
dalam pembunuhan sadis Sisca. Sisca, dibunuh di Jalan Cipedes RT 07/01,
Kelurahan Cipedes, Kota Bandung, Jawa Barat, Senin (5/8/2013) pekan lalu. Kabid
Humas Polda Jabar Besar Martinus Sitompul mengatakan, ada seorang pelaku yang
sudah ditangkap dan saat ini menjalani pemeriksaan karena diduga terlibat
pembunuhan terhadap Sisca.
"Memang ada
yang sudah tertangkap, berinisial W usianya sekitar 30 tahunan. W baru saja
ditangkap beberapa jam lalu," ujar Martinus saat dihubungi wartawan,
Minggu (11/8/2013) Martinus menuturkan, W ditangkap di kediamannya di Cirajang,
Cianjur, Minggu siang. Kekinian, W masih diperiksa secara intensif oleh
penyidik. Ketika ditanya mengenai adanya pelaku lain yang kemarin mengaku dan
dikabarkan menyerahkan diri.
"W ini
pelaku baru, bukan sama dengan orang yang menyerahkan diri kemarin," kata
Martinus. W berperan sebagai eksekutor yang menarik rambut Sisca. Sementara
pelaku A, yang menyerahkan diri kemarin, Sabtu (10/8/2013) berperan sebagai
pengendara motor.
Kedua
Pembunuh Sisca Mengaku Sering 'Diikuti' Korban
Bandung
- Wawan (39) dan Ade (24) memberikan alasan mengapa mereka menyerahkan diri ke
polisi. Usai membunuh Sisca Yofie (34), keduanya mengaku diikuti arwah korban.
Ade adalah pelaku yang menyerahkan diri ke kepolisian. Ade mengaku menyerahkan
diri karena merasa bersalah. Ia juga merasa dibuntuti oleh arwah almarhum.
"Saya takut
karena dibayang-bayangi korban terus," ujar Ade saat ekspose di kantor
Mapolrestabes Bandung, Jalan Jawa, Bandung, Jawa Barat, Selasa (13/8/2013).
Ketakutan yang sama juga dialami Wawan. Karena merasa ketakutan, pria yang
bekerja sebagai pengepul rongsokan dan air brush ini kemudian membuang hasil
jambretan berupa iPhone di daerah Saguling.
"Saya
ngebuang karena takut. Diikuti korban terus," ungkapnya.
Wawan
dan Ade Sangkal Dibayar Seseorang untuk Bunuh Sisca
Bandung
- Dua pelaku pembunuhan Sisca Yofie, Wawan (39) dan Ade (24), dihadirkan ke
publik. Kepada wartawan, keduanya menyangkal dibayar seseorang untuk membunuh
sisca.
"Enggak ada
yang menyuruh dan bayar (bunuh Sisca). Saya melakukan ini sama Ade,"
ucap Wawan yang
dihadirkan dalam ekspose perkara di aula Mapolrestabes Bandung, Selasa
(13/8/2013). "Kerjaan saya tukang airbrush dan rongsokan," kata Wawan
melalui pengeras suara. Serupa dengan Wawan, Ade juga menepis ada yang menyuruh
keduanya untuk membunuh Sisca. "Enggak ada yang menyuruh," ucap Ade
yang mengaku pekerjaannya sebagi debt collector di sebuah koperasi. Keduanya
juga sama-sama mengaku tak kenal dengan Kompol A yang disebut sebagai kekasih
Sisca. "Nggak tahu," timpal Ade yang bersama Wawan mengenakan baju
tahanan, berpenutup wajah dan bercelana pendek ini.
Terungkapnya hubungan Sisca dan Kompol
Albertus
BANDUNG,
KOMPAS.com — Kepala Polrestabes Bandung Kombes Sutarno menegaskan, hubungan
antara Kompol Albertus Eko Budiarto dan korban pembunuhan di Cipedes, Bandung,
Franciesca Yofie telah melewati batas kewajaran.
"Intinya
begini, dengan mempelajari surat tiga, tulisan dua, tulisan satu dan foto-foto
almarhum itu, patut diduga Kompol A dan almarhum sudah melakukan hubungan di
luar batas kewajaran sebagai teman. Padahal kan, Kompol A itu jelas-jelas sudah
punya istri," ujar Sutarno, Selasa (13/8/2013). Sebelumnya Sutarno
memaparkan, dalam penggeledahan di kamar kos Sisca di Jalan Setra Indah,
Kecamatan Sukajadi, Bandung, Jawa Barat, Satreskrim Polrestabes Bandung
menemukan barang bukti berupa tulisan berupa surat dan foto-foto Kompol
Albertus bersama Sisca.
"Diduga
keduanya saling membalas surat, kita temukan suratnya berikut foto," kata
Sutarno.
Dalam
surat milik Kompol A yang dilayangkan kepada Sisca, tidak tertera tanggal kapan
dibuatnya. "Jadi begini, surat yang petama itu memang saya cari pas
penggeledahan itu tidak ada tanggalnya, harinya pun engga ada,"
katanya."Tapi kita memang menemukan surat yang diduga dibuat oleh Kompol
A, sebagai jawaban dari surat Sisca. Surat itu memang tidak terlalu bagus,
surat yang diduga dibuat oleh Kompol A itu seperti konteks awal, baru draf.
Kayaknya, surat itu dibuat dalam surat rapi, setelah rapi baru dikirim ke
almarhum," kata Sutarno. Selain itu, polisi juga menemukan surat-surat
jawaban yang dikirim Sisca kepada Kompol Albertus. Surat dari almarhum ini
tertera tanggalnya, 3 Juni 2012. "Diperkirakan korban membuat surat
sebelum bulan Juni, mungkin bulan Mei, atau bulan April atau mungkin bulan
Juni, tanggalnya awal," katanya. Sutarno mengaku heran setelah membaca
surat-surat dari masing-masing pihak, ditambah foto-foto yang ditemukan. Dari
situlah muncul dugaan kuat bahwa hubungan keduanya sudah melewati batas
kewajaran.
Senin, 12
Agustus 2013
Kompol
A Kirim Anak Buah Kuntit Terus Gerak-gerik Sisca
Bandung
- Kompol A ternyata selalu membayangi langkah Sisca Yofie (34). Informasi yang
diperoleh kepolisian, perwira di Polda Jabar itu menurunkan anak buahnya
menguntit gerak-gerik Sisca, sang kekasih.
"Kompol A
menyuruh anak buahnya mengamati korban. Satpam di kompleks itu mengakui. Anak
buah Kompol A berpangkat bintara inisial EE," jelas Kapolrestabes Kombes
Pol Sutarno di kantornya, Selasa (13/8/2013). Sisca sudah menjauh dari Kompol A
yang sudah beristri. Tapi sang pacar tak mau putus, Sisca bahkan sampai pindah
kos 3 kali. "Sudah lama anak buahnya disuruh mengamati Sisca," jelas
Sutarno.Tapi, lagi-lagi Sutarno menegaskan, walau melakukan tindakan demikian
tak ditemukan kaitan pembunuhan dan penjambretan yang dilakukan Ade dan Wawan
dengan A. "Tak ada kaitan Kompol A dengan pembunuhan Sisca,"
tutupnya.
Jumat, 16
Agustus 2013
Selidiki
mengapa Kompol Albertus Menginap di Hotel Pada Hari Terbunuhnya Sisca
Jakarta
- Polisi menyebut Kompol Albertus Eko Budi berada di sebuah hotel di Bandung
saat peristiwa pembunuhan Sisca Yofie (34) pada Senin (5/8) lalu terjadi.
Kompol Albertus diketahui bertempat tinggal di Bandung, lalu mengapa dia
menginap di hotel?
"Dia orang
Bandung," kata Kabid Humas Polda Jabar Kombes Pol Martinus Sitompul saat
berbincang dengan detikcom, Kamis (15/8/2013) malam. Martinus mengatakan Kompol
Albertus tak ada kaitannya dengan pembunuhan Sisca Yofie. Keberadaan Kompol
Albertus di hotel untuk berlibur. "Dia tidak terlibat. Itu kan hari libur,
dibawa istrinya ke hotel," ujarnya.
Martinus
sebelumnya telah mengonfirmasi anak buahnya yang saat ini betugas di Bidhumas
Polda Jabar tersebut memiliki hubungan khusus dengan Sisca. Mereka berpacaran
selama dua tahun atau 2010 hingga 2012, padahal Kompol Albertus adalah pria
beristri. Surat cinta dari Kompol Albertus juga ditemukan di kamar kos Sisca.
Selain itu, dia juga diketahui menyuruh anak buahnya untuk menguntit Sisca.
Sisca
Pindah Kos 3 Kali Guna Hindari Kompol A
Bandung
- Sisca Yofie (34) berusaha menjauh dari Kompol A. Sisca beberapa kali
berpindah-pindah kos. Sisca kabarnya ketakutan dan sengaja menjauhi A.
"Berpindah
kos, memang betul begitu informasinya. Tiga kali pindah kos. Alasannya tak
tahu. Tapi dugaan dari oknum itu. Saya menduga, Sisca menghindar," kata
Kapolrestabes Bandung Kombes Pol Sutarno dalam jumpa pers di kantornya, Selasa
(13/8/2013). Sutarno mendapat informasi, Sisca sudah tak mau lagi bertemu A.
Namun sang kekasih yang sudah beristri dan bertugas di Polda Jabar selalu
mengejarnya.
"Dalam catatan
dia nggak mau ketemu lagi. Oknum seolah mengejar seperti dalam surat,"
jelas Sutarno.
Polisi
mengamini bahwa ditemukan surat dan foto-foto keduanya di kamar Sisca. Sang
perwira itu juga sudah diperiksa Propam Polda. Namun belum ditemukan adanya
kaitan pembunuhan yang dilakukan tersangka Ade dan Wawan dengan A.
Polisi
pastikan Kompol A tak terlibat pembunuhan Sisca
Kapolrestabes
Bandung Kombes Pol Sutarno memastikan Kompol A tidak terlibat dalam pembunuhan
manajer cantik Sisca Yofie (30). Sebab, polisi tidak menemukan bukti kuat
kaitan Kompol A dengan tewasnya Sisca.
"Tidak
ditemukan bukti-bukti hukum pasti. Contohnya gini kalau anda punya pacar, terus
anda berantem dan pulang pacar anda sudah tewas, apakah anda pelakunya? Kan
belum tentu," ujar Sutarno di Mapolrestabes Bandung, Selasa (13/8). Menurutnya,
hasil pengembangan awal memang ada dugaan keterlibatan Kompol A. Tapi proses
berjalan hingga akhirnya tidak ditemukan bukti dan fakta bahwa Kompol A menjadi
dalang tewasnya Sisca.
"Apalagi
sekarang sudah ada pengakuan dari pelaku bahwa itu murni dilakukan sendiri
tanpa ada yang menyuruh," ungkapnya. Dia menerangkan sejauh ini motif
pelaku murni tindak pencurian dengan kekerasan yang mengakibatkan tewasnya
seseorang. Sementara itu Wawan eksekutor pembunuh Sisca mengaku bahwa itu
tindakan murni pencurian. "Ga ada yang nyuruh," ungkapnya. Wawan
menambahkan motif penjambretan dilakukan karena butuh uang. Terkait golok yang
dibawanya, kata dia, bahwa senjata tajam itu hanyalah untuk menjaga diri.
"Saya bawa
golok untuk jaga diri saja," ujar Wawan yang bekerja sebagai pengepul
barang bekas. Atas perbuatannya Wawan dijerat Pasal 365 ayat (4) KUHP dan Pasal
338. Wawan dan Ade terancam hukuman mati. Kompol A adalah perwira polisi yang
diduga menjadi kekasih gelap Sisca Yofie. Perwira polisi ini sudah memiliki
istri, kemudian berselingkuh dengan manajer cantik tersebut. Saat sudah putus,
Kompol A dikabarkan masih saja mengejar-ngejar Sisca bahkan memata-matainya.
Rabu, 14 Agustus
2013
Saksi-saksi
Lihat Rambut Sisca Dijambak dan Diseret, Bukan Tergilas Gir
Bandung
- Sadisnya pembunuhan Sisca Yofie (34) masih menyimpan cerita. Banyak yang
menyangsikan rambut Sisca tergilas gir pelaku. Saksi-saksi menyatakan korban
dijambak dan diseret.
"Dijambak
pakai tangan kiri pelaku, lalu diseret," kata saksi Reza ketika ditemui detikcom di Jl Cipedes Tengah, Sukajadi,
Bandung, Kamis (15/8/2013). Reza memang tak melihat secara jelas kejadian itu.
Sebab kondisi gelap. Namun ia sempat melihat sepeda motor berkelebat dan tangan
kiri pelaku menggantung, seperti tengah membawa sesuatu. Reza adalah orang yang
berada di dekat lokasi ditemukannya Sisca. Ia buru-buru berlari ke lokasi saat
orang-orang berdatangan. Sisca ditemukan dalam kondisi tertelungkup bermandikan
darah.
Kesaksian
serupa juga disampaikan Ibu Ade. Perempuan ini melihat pelaku membawa korban
dengan tetap melajukan kendaraannya. "Saya melihat ke jalan ada debu,
ternyata ada motor yang penumpang belakangnya membawa seperti boneka yang
ditarik," ujar Ibu Ade kepada detikcom. Pelaku pembunuhan, Wawan dan Ade,
mengaku tidak menyeret korban. Pengakuan kedua tersangka itu dikuatkan pihak
kepolisian. Kondisi rambut Sisca terseret di gir bisa saja terjadi. "Setelah
kami lihat, gir motor ini tidak terpasang penutup. Jadi rambut korban masuk dan
terseret," kata Kapolrestabes Bandung Kombes Pol Sutarno di Mapolrestabes
Bandung, Rabu (14/8) kemarin. Umumnya motor jenis bebek, bagian gir dan rantai
itu tertutup pengaman. Karena tak tertempel dudukan penutup gir dan rantai
itulah kuat dugaan rambut Sisca menyangkut dan tertarik saat motor berkondisi
maju.
"Barang
bukti potongan rambutnya ada di gir itu," kata Sutarno. Sisca terseret
sejauh 500 meter dengan Motor Suzuki
Satria pelaku melaju dengan kecepatan 70 km/jam. Ade dan Wawan menuturkan, saat
hendak kabur usai mengambil tas Sisca, perempuan itu memegang bahu Ade.
Kamis, 15
Agustus 2013
Saksi
Pelaku Membacok Sisca Dulu, Baru Menyeret
Jakarta
- Ada keterangan yang terungkap dalam kasus pembunuhan sadis yang mengakibatkan
Sisca Yofie (34) meninggal dunia. Seorang saksi melihat Sisca terlebih dahulu
dibacok dibagian dahi sebelah kanan, baru kemudian diseret dengan motor.
"Berdasarkan
keterangan Yadi pada saat olah TKP yang dilakukan polisi, setelah dibacok,
Sisca lalu didorong ke motor dan pelaku yang di belakang dengan tangan kirinya
menyeret korban. Namun, saat itu Yadi kurang jelas apakah rambutnya yang
ditarik apa bagian lain," ujar Rudi yang merupakan anak pemilik kos dimana
Sisca tinggal, Kamis (15/8/2013).
Rudi
menjelaskan, saksi Yadi saat itu berada hanya seratusan meter dari tempat
kejadian. Yadi melihat, saat berada di motornya, pelaku memang sudah membawa
golok. Rudi tidak yakin bahwa kasus pembunuhan ini hanya sebatas kasus
penjambretan. Hal tersebut dikarenakan tas korban tidak dibawa oleh pelaku.
"Setahu
saya tas tidak hilang karena waktu masukkin mobil ada tas warna coklat di bawah
bangku penumpang sebelah kiri," imbuh Rudi.
Kamis, 22
Agustus 2013
28
Adegan di Rekonstruksi Terbunuhnya Sisca
BANDUNG,
KOMPAS.com — Sebanyak 28 adegan dalam rekonstruksi penjambretan berujung
pembunuhan Fraciesca Yofie (Sisca) dilakukan di enam tempat kejadian perkara di
Bandung, Jawa Barat, Kamis (22/8/2013). Dari pantauan di lokasi, rekonstruksi
dimulai pada pukul 09.00 WIB di tempat pertama, yakni rumah tersangka Wawan di
Sukagalih. Rekonstruksi dilanjutkan ke Pos Linmas di Jalan Setra Indah. Di dua
tempat kejadian perkara (TKP) tersebut berlangsung sembilan adegan yang
menceritakan pertemuan Wawan dan Ade untuk merencanakan aksi penjambretan. Targetnya
pun belum ditentukan. Kemudian, Wawan mengajak Ade mabuk-mabukan di Pos Linmas.
Seusai menenggak sebotol bir, Wawan dan Ade langsung tancap gas mencari mangsa
melalui jalan yang menuju rumah kos Sisca. Rekonstruksi kemudian berlanjut ke
rumah kos Sisca di Jalan Setra Indah Utara 2 Nomor 11 A Kelurahan Sukagalih,
Kecamatan Sukajadi, Kota Bandung. Di TKP ketiga ini dilakukan delapan adegan,
yakni adegan 10 hingga 17. Di sini digambarkan bagaimana pelaku mencoba mencuri
tas dari dalam mobil merek Nissan Grand Livina X Gear warna abu-abu milik
Sisca. Pada pada adegan 16, setelah Wawan membawa tas Sisca, manajer cantik itu
kemudian mengejar Wawan yang berlari ke tersangka lainnya, Ade, yang sudah
menunggu di atas sepeda motor.
Sisca
langsung memeluk Ade dari arah belakang, tak ayal dirinya ikut terbawa sepeda
motor saat Ade mulai tarik gas. Kejadian ini disaksikan oleh Yadi. Pria ini
melihat insiden penjambretan tersebut dari jarak sekitar 30 meter, tepat di
mulut Gang Tukeur. Selanjutnya, Sisca yang terus memeluk erat tubuh Wawan dari
belakang hingga terbawa sekira 200 meter menuju ke TKP keempat yang lokasinya
tepat di atas jembatan Cipedes Tengah. Pada adegan 20 di TKP keempat ini, Wawan
mulai mengeluarkan golok dari dalam tas miliknya.
Golok
tersebut ternyata memang sudah disiapkan sebelumnya. Wawan yang saat itu
mengenakan jaket kulit warna hitam kemudian mengayunkan goloknya ke arah kepala
Sisca yang masih erat memeluk tubuhnya dari arah belakang. Ayunan golok
sebanyak tiga kali dengan tangan kanannya itu tepat mengenai bagian atas kepala
Sisca.
Pada
saat mengayunkan golok, Wawan tidak menoleh ke belakang. Masih di TKP keempat,
Sisca terlihat mulai melemah karena luka bacokan telak di kepalanya. Barulah
pada adegan 21, Sisca kemudian tersungkur ke aspal. Namun, tangan Sisca tetap
memegang ujung jaket kulit Wawan sebelah kiri.
Sisca
pun terseret di atas aspal rusak Jalan Cipedes Tengah. Tubuh Sisca terlihat
terseret cukup jauh hingga ke TKP kelima yang dikatakan tersangka rambut Sisca
tersangkut gir sepeda motor tunggangan kedua pelaku. Sebanyak tiga adegan
rekonstruksi, dari adegan 22 hingga 24, menggambarkan bagaimana Sisca terseret
hingga akhirnya ditemukan penuh luka oleh warga di depan lapangan Abra. Rekonstruksi
pun berakhir pukul 01.30 WIB di TKP keenam di Jalan Dr Djundjunan Dalam, Gang
Sukawarna Baru.
Di sini dilakukan empat adegan rekonstruksi,
yaitu adegan 25 hingga 28, yang digambarkan Wawan dan Ade berusaha
menghilangkan barang bukti, seperti tas, dompet, dan golok ke Sungai Citepus. Keduanya
kemudian berpisah di Gang Sukawarna. Pada saat itu, Wawan memberikan uang
sebesar Rp 50.000 kepada Ade untuk ongkos angkutan umum.
BAB III
PENDAPAT PARA AHLI
Kapolrestabes
Bandung Kombes Pol Sutarno
Rekonstruksi pembunuhan Sisca Yofie sudah digelar
di beberapa titik yang terkait dengan kejadian pembunuhan super sadis tersebut,
mulai dari persiapan sampai lokasi pembuangan alat bukti. Rekonstruksi digelar
berdasarkan keterangan para tersangka. Adegan demi adegan sudah diperagakan
oleh kedua tersangka yaitu Wawan dan Ade.
Dari adegan-adegan
rekonstruksi yang penuh kejanggalan di sana sini tersebut, jelas terlihat bahwa
Wawan dan Ade tidak melakukan pembunuhan berencana (pasal 340 KUHP dengan
ancaman pidana mati), melainkan hanya melakukan pencurian dengan kekerasan yang
mengakibatkan kematian (pasal 365 ayat 3 KUHP dengan ancaman pidana 15 tahun
penjara)ujar kombes pol sutarno.jadi kasus ini tidak ada hubunganya dengan
Kompol Albertus Eko tetapi motif penjambretan dan kekerasan kata sutarno.
PAKAR
PSIKOLOGI FORENSIK
Reza
Indragiri Amriel, mengatakan, setelah menganalisa kasus ini, ia justru menduga,
niat pelaku awalnya hanya ingin sebatas mencederai korban saja atau tidak ingin
sampai membunuh korban. Pencederaan pada korban, kata Reza, sangat mungkin
ingin dilakukan maksimal atau sampai membuat korban cacat permanen sekaligus
menghilangkan kecantikannya.
Tidak
adanya niat membunuh korban, menurut Reza, bisa dilihat dari cara pelaku dalam
menyiksa korbannya, yakni dengan membacok korban dibagian yang tidak mematikan.
Bahkan, pelaku menyeret korban dengan sepeda motor hingga 1 km, yang tentunya
akan meninggalkan jejak atau bukti-bukti tentang pembunuhan. "Kenapa
pelaku melukai dahi korban yang jelas-jelas tidak mematikan, Kenapa juga pelaku
menyeret korban, dan bukan meninggalkan korban? Melukai dahi dan menyeret
korban, sangat tidak efisien jika sejak awal pelaku memang berniat membunuh
korban," kata Reza kepada Warta Kota, Rabu (7/8/2013).
DOSEN
PERGURUAN TINGGI ILMU KEPOLISIAN (PTIK)
DAN UNIVERSITAS INDONESIA
Bahwa
menjelaskan dalam aksi kejahatan apalagi pembunuhan, pelaku akan melakukannya
dengan cara yang paling efisien yakni dengan cepat melarikan diri dan
meninggalkan bukti sesedikit mungkin. "Tapi dalam kasus di Bandung ini,
pelaku tidak memenuhi misi efisiensi itu," kata Reza.
Karenanya,
Reza, memastikan peristiwa ini bukanlah intentional murder yakni dimana sejak
awal pelaku memang berniat ingin menghabisi atau membunuh korban.
"Ini sepertinya bukan intentional murder, namun collateral damage dimana niatan sebatas mencederai, akhirnya menjadi tragedi atau menjadi accidental murder. Pelaku sepertinya kebablasan. Emosi pelaku meluap hingga merusak rencana awal mereka," papar Reza.
"Ini sepertinya bukan intentional murder, namun collateral damage dimana niatan sebatas mencederai, akhirnya menjadi tragedi atau menjadi accidental murder. Pelaku sepertinya kebablasan. Emosi pelaku meluap hingga merusak rencana awal mereka," papar Reza.
PAKAR
HUKUM UNIVERSITAS INDONESIA
Alexander
Lay mengatakan : “Pertama kalau benar bahwa Sisca ketika tasnya diambil dan
mengejar sambil mencekik Wawan, sedangkan Ade tancap gas pakai motor.
Seharusnya Wawan akan terjungkal. Keterangan Wawan posisi mencekik itu sejauh
280 meter. Kejanggalan kedua, apakah Sisca ini wanita yang sedemikian kuatnya
mencekik si Wawan dan terseret tanpa dia melepaskan leher Wawan sejauh 280
meter.
Saya
tidak bisa bayangkan wanita cantik seperti Sisca mampu seperti itu, dia juga
tidak punya background bela diri. Kalau itu terjadi, maka besar kemungkinan
kulit kepala akan rusak tapi kalau menurut hasil visum kulit kepala tak rusak.
Agak terlalu prematur menyimpulkan Kompol Albert atau istri terlibat, tetapi
jangan terlalu cepat menyimpulkan Kompol Albert tidak terlibat. Harus melakukan
penyelidikan lebih dalam.”
PAKAR
HUKUM UNIVERSITAS KOMPASIANA
Pakde
Kartono mengatakan : “Rencana para pihak agar tersangka yang sudah mengaku dan
bersedia pasang badan agar terhindar dari Pasal 340 KUHP tentang pembunuhan
berencana dengan ancaman hukuman mati terlalu terlihat kasat mata. Kita bukan
orang-orang buta mata atau buta hati, apalagi buta mata hati.
Apalagi
buta mata hati. Pembunuhan Sisca Yovie ini bukan pembunuhan biasa. Perlu
didalami petunjuk yang ada ; periksa call data record (CDR) HP Wawan, Ade,
Sisca Yovie dan kompol Albertus (dan istri) 2 minggu ke belakang, lakukan tes
DNA atas sperma di vagina Sisca Yovie dan cocokan dengan pria yang masuk
suspect list, tawarkan Wawan dan Ade ‘whistle blower’ dengan janji keringanan
hukuman seperti Denny Indrayana menawarkan kepada Vanny Rossyane sehingga Vanny
berani buka-bukaan dan BNN pun tak berani menangkapnya. Coba deh cara-cara ini,
insya Allah kasus pembunuhan sadis ini akan terungkap tuntas.”
KESIMPULAN DAN SARAN
Kelompok kami setuju dengan pendapat PAKAR HUKUM
UNIVERSITAS INDONESIA
Alexander
Lay ,bahwa jangan cepat menyimpulkan
bahwa Kompol Albert tidak terlibat. Polisi
Harus melakukan penyelidikan lebih dalam. Karena menurut kelompok kami
dalam kasus ini banyak terdapat kejanggalan antara keterangan saksi mata dengan
pelaku.kejangalan tersebut yaitu
1. Pelaku
menyatakan bahwa rambut Sisca tersangkut di gir motor. Menurut logika awam
sebenarnya ini sulit dibayangkan. Apabila memang rambut tersangkut di gir
motor, kemungkinan besar putarannya akan menghisap kepala Sisca dan merusaknya
habis-habisan sehingga tersangkut di motor dan menghentikan motor. Agak sulit
untuk sampai 500 meter tetap melaju, mungkin 20 meter saja sudah berhenti,
sedangkan saksi mata reza mengatakan bahwa dia melihat korban di seret pelaku .
2. Penjambret dan Perampok berbeda dengan
pembunuh bayaran. Mereka bertujuan untuk memperkaya diri, , lalu menikmati jarahannya dengan tenang.
Penjambret akan meminimalisir melukai korban apalagi sampai penyeretan sadis
yang menyebabkan korban jiwa,sedangkan kata yadi anak ibu kos sisca mobil dalam
keadaan terbuka dan tas sisca tidak ada yang hilang.
3.
Terdapatnya foto-foto dan surat yang di
kamar sisca yang ada hubungan nya dengan salah satu perwira ,yang kuat dugaanya
ada hubunganya dengan pembunuhan sisca.
Jadi
saran dari kelompok kami polisi harus menyelidiki lebih lanjut dalam kasus
pembunuhan sadis ini, jangan cepat-cepat menyimpulkan dan mudah percaya dengan
pengakuan pelaku, sebagai penegak hukum harus bersifat adil dan profesional.
Referensi: http://tribunnews.com
,
Tidak ada komentar:
Posting Komentar