Sharing Materi Perkuliahan Sarjana dan Pascasarjana yang ditulis secara pribadi atas tugas kuliah: Mengenai materi Akuntansi, Ekonomi, Sistem Informasi, Teknik Informatika, Informasi Teknologi dan Pengetahuan Umum

Jumat, 28 April 2017

Lingkungan Etika dan Akuntansi, Pembasahan Kasus Enron, Kasus Worldcom, Profil, dan Ringkasan Kasus Enron dan Worldcom, Perkembangan Harapan Etika terhadap Bisnis, Lingkungan Etika Bagi Akuntan Profesional

Oleh : Yovi Citra Nengsih
I.         PENDAHULUAN
1.1  Latar Belakang
Harapan terhadap busines sudah ada sejak 25 tahun terakhir yaitu bahwa busines diciptakan untuk melayani kebutuhan pemangku kepentingan (terutama pemegang saham dan masyarakat). Pemegang saham dan masyarakat memiliki peranan sangat penting karena mereka sangat berkeinginan dalam usaha, kegiatan, dan dampak terhadap businesnya.  
Pemangku kepentingan sangat berharap bahwa perusahaan akan menghormati nilai-nilai dan keinginan mereka. Jika keinginan pemangku kepentingan tidak dihormati, maka akan terjadi tindakan yang menyakitkan untuk pemangku kepentingan. Dukungan terhadap bisnis sangat bergantung kepada kepercayaan pemegang saham terkait komitmen manajemen perusahaan. Oleh karena itu manajemen perusahaan diharapkan untuk memimpin perusahaan dengan beretika dan bertanggungjawab kepada pemangku kepentingan secara transparan.

1.2  Rumusan Masalah
Terjadinya kasus pelanggaran etika busines terutama Enron, Arthur dan Worlcom telah mengubah harapan bahwa busines ada untuk melayani kebutuhan masyarakat dan bukan sebaliknya. Permasalahannya adalah bagaimana mengekploitasi perubahan bahwa kecenderungan etika telah dibawa ke perkembangan dan harapan yang muncul sebagai respon terhadap perubahan?

1.3  Tujuan Penulisan
Secara rinci tujuan penulisan makalah ini adalah untuk mengetahui:
a.         Faktor-faktor munculnya harapan publik terhadap perilaku busines.
b.        Apa saja bentuk harapan terhadap busines yang mempengaruhi perilaku etis.
c.         Bagaimana tanggapan dan perkembangan harapan etika terhadap busines.
d.        Bagaimana lingkungan etika bagi akuntan profesional dalam berbusines dan bagaimana mengelola risiko etika yang muncul.
e.         Bagaimana contoh-contoh kasus pelanggaran etika yang memicu munculnya harapan publik yang diambil dari pengalaman masa lalu profesi akuntansi.

II.           METODE PENULISAN
Makalah ini menggunakan metoda deskriptif kualitatif, yaitu mendeskripsikan, menguraikan, dan memberikan gambaran tentang bagaimana harapan etika terhadap busines berubah sesuai dengan teori yang dikemukan oleh Brooks dan Dunn. Dari gambaran tersebut kemudian ditarik kesimpulan bagiamana seorang individu harus mengembangkan ketertarikannya dalam etika busines dan profesi serta dapat menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari. 

III.        ANALISIS
3.1  Faktor-faktor munculnya harapan publik terhadap perilaku busines
Menurut Brooks dan Dunn (2008), terdapat 8 faktor yang mempengaruhi harapan publik terhadap perilaku busines, yaitu:
1)        Faktor lingkungan
Merupakan kesadaran bahwa masalah lingkungan fisik publik/kesejahteraan karyawan sedang terancam oleh aktivitas perusahaan terutama yang berkaitan dengan kualitas udara, air, dan keselamatan di darat.
2)        Faktor sensitivitas moral
Merupakan sensitivitas yang diakibatkan oleh kurangnya kejujuran dan adanya perbedaan dan perlakuan rasa keadilan dan kesejahteraan kepada individu dan kelompok masyarakat baik secara internal maupun internal.
3)        Faktor pertimbangan yang buruk dan aktivis pemangku kepentingan
Merupakan kesalahan operasi atas pertimbangan yang dilakukam oleh eksekutif dalam mengambil keputusan yang tidak disetujui oleh masyarakat.
4)        Faktor tekanan ekonomi dan persaingan
Merupakan faktor yang disebabkan oleh aktivitas ekonomi yang melambat sehingga menimbulkan tekanan untuk bertahan hidup dan melakukan persaingan dengan cara apa pun.
5)        Faktor skandal keuangan
Merupakan penyimpangan keuangan yang berkelanjutan dan menimbulkan krisis berkepanjangan terhadap pelaporan dan tatakelola perusahaan.
6)        Faktor kegagalan tatakelola dan penilaian risiko
Merupakan kegagalan pengawasan oleh manajemen perusahaan untuk mengetahui terjadinya keserakahan yang dilakukan oleh eksekutif, manajer, dan karyawan lainnya.
7)        Faktor peningkatan akuntabilitas yang diinginkan
Merupakan keinginan untuk meningkatkan akuntabilitas pada pihak investor dan pemegang saham karena kurangnya kepercayaan dalam proses kegiatan perusahaan.
8)        Faktor sinergi dan penguatan kelembagaan
Merupakan hubungan antara faktor-faktor yang mempengaruhi antara ekspektasi masyarakat terhadap etika kinerja yang telah diidentifikasi.

3.2  Harapan Baru terhadap Busines
Harapan baru terhadap bisnis ditandai dengan adanya dua paradigma. Paradigma pertama dimulai dengan munculnya evolusi dalam mandat untuk bisnis yang disebut laissez faire yaitu sebuah pandangan dari Milton Friedman yang menyatakan bahwa keuntungan harus diperoleh  atau dicari berdasarkan undang-undang dan etika kebiasaan masyarakat. Friedman mengajukan tiga permasalahan busines yaitu, 1). bahwa tidak berfokus pada laba bukan berarti laba akan turun tetapi justru laba akan naik 2). bahwa keuntungan hari ini merupakan ukuran kinerja perusahaan yang tidak lengkap, sehingga tidak akurat jika digunakan untuk mengukur alokasi sumber daya perusahaan. 3). bahwa secara eksplisit kinerja perusahaan harus berada dalam hukum dan etika kebiasaan.
                Paradigma kedua dari harapan baru terhadap bisnis juga ditandai dengan adanya peranan fidusia yang diperkuat bagi akuntan profesional. Reformasi profesi akuntan sedang berlangsung dalam rangka memperkuat harapan masyarakat. Dorongan reformasi ini dimulai dengan terbitnya SOX, terbentuknya SEC dan PCAOB di AS dan kemudian bergeser munculnya upaya harmonisasi dengan standar global yang bekerja di bawah naungan IASB dan IFAC yang berfokus pada standar akuntan profesional untuk melayani kepentingan umum.
Dari kedua paradigma di atas dapat diringkas bahwa aturan bisnis sekarang telah berubah. Fokusnya telah bergeser dari pandangan sempit yang berorientasi pada keuntungan bagi pemegang saham saja (shareholder) menjadi berfokus pada pandangan yang luas yang berorientasi pada pemangku kepentingan (stakeholder) yang mencakup apa dan bagaimana suatu prestasi dicapai dan bagaimana mencapainya.
3.3 Tanggapan dan Perkembangan Harapan Etika Terhadap Bisnis
Evolusi dari mandat baru terhadap adanya saling kebergantungan mendapat reaksi oleh bisnis. Tekanan tersebut telah memiliki efek pada etika bisnis dan kepada akuntan profesional. Beberapa trend yang muncul sebagai tanggapannya adalah:
1)        Munculnya model-model tata kelola dan akuntabilitas pemangku kepentingan yang dapat dilihat dengan adanya trend, yaitu:
a)        Memperluas kewajiban hukum untuk direktur perusahaan
b)        Kecukupan pengendalian internal manajemen kepada pemegang saham
c)        Ketetapan niat untuk mengelola risiko dan melindungi reputasi
d)       Perubahan cara organisasi beroperasi yang meliputi reorganisasi, pemberdayaan karyawan, penggunaan data elektronik, peningkatan indikator kinerja nonkeuangan.
2)        Munculnya manajemen berdasarkan nilai yang disebut hypernorms, yaitu nilai-nilai dasar yang secara universal dihormati oleh kelompok pemangku kepentingan. Nilai-nilai tersebut terdiri dari kejujuran, keadilan, kasih sayang, integritas, keterprediksian dan tanggungjawab.
3)        Munculnya manajemen berdasarkan reputasi yang mengutamakan nilai-nilai penentu reputasi yang terdiri dari kredibilitas, keandalan, dapat dipercaya dan tanggung jawab.

4)        Munculnya manajemen risiko etika yang merupakan bagian penting dari due deligence yang dikembangkan dari beberapa penelitian. Penelitian itu berfokus pada risiko kejadian yang menyebabkan jatuhnya nilai saham bagi perusahaan-perusahaan fortune perioda 1993-1998.
5)        Munculnya minat pemangku kepentingan untuk meningkatkan akuntabilitas dalam membuat laporan kinerja perusahaan yang lebih relevan dengan berbagai kepentingan stakeholder.
6)        Munculnya teori-teori tentang etika perilaku yang dikemukakan oleh para filsuf yang menciptakan beberapa pendekatan yaitu pendekatan filosofis, pendekatan konsep dan pendekatan pengambilan keputusan etis.


3.4 Lingkungan Etika Bagi Akuntan Profesional dan Mengelola Risiko Etika
Lingkungan etika yang telah berubah menuntut akuntan profesional harus melakukan minimal dua kewajiban. Kewajiban pertama adalah adanya tuntutan peran dan perilaku terhadap akuntan yang menyerukan revisi koda etik profesi karena akuntan telah keluar jalur akibat adanya jurang harapan. Kewajiban kedua adalah akuntan dituntut untuk berperan serta dalam tatakelola demi terwujudnya akuntabilitas perusahaan melalaui layanan yang ditawarkan.
Mengelola risiko etika merupakan konsekuensi dari kewajiban akuntan profesional. Risiko etika adalah potensi masa depan dalam menentukan keberhasilan perusahaan, direktur, eksekutif, dan akuntan yang mengandung risiko dan peluang yang harus dipertimbangkan untuk mengamankan dan mempertahankan dukungan pemangku kepentingan. Perusahaan berhadapan dengan budaya yang berbeda-beda dalam memperkerjakan dan mengelola karyawan walaupun operasional masih di satu negara dan harus ditangani dengan baik.
Pada kenyataannya, jika aspek-aspek etis dan krisis telah dikelola dengan baik, maka reputasi perusahaan dapat ditingkatkan. Mengkombinasikan etika dengan manajemen krisis mampu mengubah risiko menjadi peluang (Leonard J. Brooks, 2008).

IV.          BELAJAR DARI MASA LALU PROFESI AKUNTANSI
4.1 Kasus Enron
4.1.1 Profil Perusahaan
Arthur Andersen adalah sebuah perusahaan jasa akuntansi yang berbasis di Chicago, Illinois, Amerika Serikat. Perusahaan ini didirikan oleh Arthur Andersen pada tahun 1913. Sedangkan Enron merupakan perusahaan dari penggabungan antara InterNorth (penyalur gas alam melalui pipa) dengan Houston Natural Gas pada tahun 1985. Bisnis inti Enron bergerak dalam industri energi, kemudian melakukan diversifikasi usaha yang sangat. Diversifikasi usaha tersebut, antara lain meliputi future transaction, trading commodity non energy dan kegiatan bisnis keuangan (Uwi, 2009).
4.1.2 Ringkasan Kasus
1.      Board of Director mengijinkan terjadinya insider trading.
2.      Enron melakukan out sourcing secara total atas fungsi internal audit perusahaan. Akuntan publik perusahaan adalah mantan partner KAP Andersen, Direktur keuangan Enron berasal dari KAP Andersen, dan sebagian besar Staf akunting Enron berasal dari KAP Andersen.
3.      Pada awal tahun 2001 patner KAP tetap mempertahankan Enron sebagai klien meskipun tahu resiko tinggi.
4.      Pada tanggal 16 Oktober 2001, Enron menerbitkan laporan keuangan triwulan ketiga yang menyebutkan bahwa laba bersih Enron telah meningkat menjadi $393 juta, naik $100 juta dibandingkan periode sebelumnya. Ia juga tidak menjelaskan secara rinci tentang pembebanan biaya akuntansi khusus (special accounting charge/expense) sebesar $1 miliar yang sesungguhnya menyebabkan hasil aktual pada periode tersebut menjadi rugi $644 juta dan diketahui beban ternyata berasal dari transaksi yang dilakukan oleh perusahaan-perusahaan yang didirikan oleh CFO Enron.
5.      Pada tanggal 2 Desember 2001 Enron mendaftarkan kebangkrutan perusahaan ke pengadilan dan memecat 5000 pegawai. Pada saat itu terungkap bahwa terdapat hutang perusahaan yang tidak di laporkan senilai lebih dari satu milyar dolar.
6.      Enron dan KAP Andersen dituduh telah melakukan kriminal dalam bentuk penghancuran dokumen yang berkaitan dengan investigasi atas kebangkrutan Enron.
7.      Dana pensiun Enron sebagian besar diinvestasikan dalam bentuk saham Enron.
8.      KAP Andersen diberhentikan sebagai auditor Enron pada pertengahan juni 2002.
9.      Tanggal 28 Pebruari 2002 KAP Andersen menawarkan ganti rugi 750 Juta US dollar untuk menyelesaikan berbagai gugatan hukum yang diajukan kepada KAP Andersen (Investopedia, 2016).

4.1.3 Pendapat Kami
1.      Teori Egoisma
Menurut teori tersebut, Enron dan KAP AA tidak melanggar teori egoisma, karena segala hal yang dilakukan untuk kepentingan perusahaan, bukan kepentingan individu.
2.      Teori Utilitarianisma
Menurut teori tersebut, Enron dan AA telah melanggar, karena dengan kebangkrutan Enron menyebabkan terjadinya krisis ekonomi yang merugikan rakyat Amerika, bahkan dunia.
3.      Teori Deontologi
Menurut teori ini, Enron dan AA telah melanggar, karena motif mereka memanipulasi laporan keuangan adalah untuk memperkaya diri mereka sendiri.
4.      Teori Keadilan
Menurut teori tersebut, Enron dan AA telah melanggar, karena dari keuntungan yang didapatkan tidak berdampak pada lingkungan masyarakat setempat.
5.      Teori Kebajikan
Menurut teori tersebut, Enron dan AA telah melanggar, karena individu yang mempunyai mental korup dan serakah.

4.2 Kasus Worldcom
4.2.1 Profil Worldcom
Worldcom adalah sebuah perusahaan ternama yang menyediakan layanan telepon jarak jauh yang didirikan oleh Bernard Ebbers pada tahun 1983. Worldcom berkembang pesat pada tahun1990-an sehingga menjadi salah satu perusahaan terbesar dalam industri telekomunikasi. Akuisisi terbesar pada tahun 1998 pada saat worldcom mengambil alih perusahaan MCI yaitu perusahaan kedua terbesar di Amerika yang bergerak pada bidang telekomunikasi. Pada tahun yang sama WorldCom membeli perusahaan UUNet, Compuserve, dan jaringan data AOL (American Online) yang mengukuhkan posisi WorldCom menjadi operator no 1 dalam infrastruktur internet (Abqi, 2012).
Pada tahun 1990 terjadi masalah fundamental ekonomi pada Worldcom yaitu terlalu besarnya kapasitas telekomunikasi. Masalah ini terjadi karena pada tahun 1998 Amerika mengalami resesi ekonomi sehingga permintaan terhadap infrastruktur internet berkurang drastis. Hal ini berimbas pada pendapatan Worldcom yang menurun drastis sehingga pendapatan ini jauh dari yang diharapkan, padahal untuk biaya akuisisi dan untuk membiayai investasi infrastruktur Worldcom menggunakan sumber pendanaan dari luar atau utang  (Yvesrey, 2011).
Pada Juni 1999 dengan saham WorldCom diperdagangkan pada $64, Ebbers menjadi miliuner dan Worldcom menjadi favorit ekonomi baru. Pada awal Mei 2002, Ebbers mundur dari posisinya sebagai COE, dengan menyatakan bahwa ia “1000 persen yakin dalam hatinya bahwa kondisi yang gawat ini hanya bersifat sementara”. Dua bulan kemudian, meskipun optimismenya tak kunjung padam, WorldCom mendeklarasikan diri sebagai kebangkrutan terbesar dalam sejarah Amerika.
4.2.2 Ringkasan Kasus
            Kasus   ini   menggambarkan   tiga   isu   besar   dalam   kejatuhan   WorldCom,   strategi pertumbuhan perusahaan  melalui akuisisi, penggunaan pinjaman  bagi eksekutif-eksekutif senior, dan ancaman terhadap tata kelola perusahaan yang diciptakan oleh keramahan yang berlebihan dan kesepakatan yang kurang adil. Pelanggaran yang dilakukan oleh Manajemen Puncak WorldCom sebegai berikut (Yvesrey, 2011):
1)        Penggelembungan tersebut terjadi karena adanya praktik akuntansi yang keliru dan manipulasi laporan keuangan oleh pihak manajemen puncak perusahaan
2)        Praktik akuntansi yang keliru ini dapat terealisasi karena dibantu oleh eksternal Arthur Andersen dan staf akuntansi perusahaan tersebut
3)        Selain praktik akuntansi yang keliru, CEO WorldCom juga menggunakan uang pereusahaan untuk kepentingan pribadi.
4.2.3 Pendapat kami
1.        Teori Egoisma
Bernard Ebbers telah melakukan suatu tindakan yang melanggar etika, karena merugikan perusahaan dengan menyalahgunakan jabatannya untuk meminjam dan menggunakan uang perusahaan untuk kepentingan dirinya sendiri.
2.        Teori Utilitiarisma
Perusahaan Worldcom tidak melanggar teori utilitiarisme karena lebih menutamakan diri sendiri dan perusahaan tersebut.
3.        Teori Deontologi
Worlcom melanggar teori deontologi, karena Worldcom hanya memperkaya diri pribadi dan meningkatkan laba perusahaan agar  investor tertarik untuk berinvestasi ke Worldcom.
4.        Teori Keadilan
Worldcom melaggar teori keadilan, karena hanya mementingkan diri sendri dan perusahaan, tidak mendistribusikan kepada masyarakat.
5.        Teori Kebajikan
Menurut teori ini, Ebbers sebagai pemilik perusahaan, Sullivan sebagai manajemen keuangan telah melanggar, mempunyai sifat yang serakah yang ingin memperkaya diri sendiri dan meyalahgunakan jabatannya demi kepentingan pribadi.

V.      KESIMPULAN
Dari uraian tersebut di atas dapatlah disimpulkan hal-hal sebagai berikut:
1)        Terdapat 8 faktor yang mempengaruhi harapan publik terhadap perilaku business yaitu faktor lingkungan, faktor sensitivitas moral, faktor pertimbangan yang buruk dan aktivis pemangku kepentingan, faktor tekanan ekonomi dan persaingan, faktor skandal keuangan, faktor kegagalan tatakelola dan penilaian risiko, faktor peningkatan akuntabilitas yang diinginkan, dan faktor sinergi dan penguatan kelembagaan.
2)        Harapan baru terhadap bisnis ditandai dengan adanya dua paradigma, yaitu pendapat Milton Friedman dan peranan reformasi profesi. Paradigma pertama disebut laissez faire, dan paradigma kedua adalah reformasi profesi.
3)        Ada 6 trend yang muncul sebagai tanggapan dan perkembangan harapan etika terhadap bisnis, yaitu manajemen akuntatabilitas, manajemen berbasis nilai, manajemen berbasis reputasi, manajemen risiko etika, akuntabilitas kinerja, dan teori-teori etika.
4)        Lingkungan etika yang telah berubah menuntut akuntan profesional harus melakukan minimal dua kewajiban yaitu revisi koda etik dan mengelola risiko etika.
5)        Di tengah-tengah tragedi yang diciptakan oleh kegagalan Enron, Arthur Andersen, dan Wordlcom terdapat sebuah hikmah bahwa harus dilakukan percepatan dan kristalisasi nilai-nilai akuntabilitas dan tatakelola berbasis pemangku kepentingan bagi para akuntan. Mereka harus membuat keputusan etis yang dapat mereka pertahankan terhadap pemangku kepentingan. Setidaknya seorang individu atau siapa saja harus mengembangkan sebuah ketertarikan yang luar biasa dalam etika busines dan profesi serta dapat menerapkan etika tersebut dalam kehidupan sehari-hari karena mungkin saja mereka tidak menyadari tantangan etika busines dan profesi yang terus berkembang.

DAFTAR PUSTAKA

Abqi, I. (2012). Profil Perusahaan dan Permasalahan Worldcom. Diambil kembali dari Course Hero: https://www.coursehero.com/file/9399732/PROFIL-PERUSAHAAN-DAN-PERMASALAHAN-WORLDCOM/
Investopedia. (2016, August 18). Enron Scandal: The Fall of a Wall Street Darling. Diambil kembali dari Investopedia: http://www.investopedia.com/updates/enron-scandal-summary/
Leonard J. Brooks, P. D. (2008). Business & Profesonal Ethics 5th Edition. Canada: South-Western Cengage Learning.
Uwi. (2009, November). Kasus Enron dan KAP Arthur Andersen. Diambil kembali dari Uwiiii's Blog: https://uwiiii.wordpress.com/2009/11/14/kasus-enron-dan-kap-arthur-andersen/
Yvesrey. (2011, February 10). Kasus Skandal Akuntansi pada Worldcom. Diambil kembali dari Yvesrey's Page: https://yvesrey.wordpress.com/2011/02/10/kasus-skandal-akuntansi-pada-worldcom/



Tidak ada komentar:

Posting Komentar