Oleh : Yovi Citra Nengsih
1. PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang
Keputusan adalah pilihan-pilihan dari dua
alternative atau lebih. Sebagai contoh, manajer puncak bertugas menentukan
tujuan-tujuan organisasi, produk, atau jasa yang ditawarkan. cara terbaik untuk
membiayai berbagai operasi, produk atau jasa yang menempatkan pabrik manufaktur
yang baru. Keputusan biasa nya diambil ketika terjadi masalah, untuk mengatasi
masalah yang terjadi dalam suatu organisasi atau dalam perusahaan diperlukan suatu
kebijakan dalam pengambilan keputusan yang baik dalam menentukan strategi,
sehingga menimbulkan pemikiran tentang cara-cara baru untuk melanjutkannya.
pengambilan
keputusan ini adalah sesuatu pendekatan yang sistematis terhadap
hakikat suatu masalah, pengumpulan fakta-fakta dan data, penentuan yang matang
dari alternatif yang dihadapi, dan mengambil tindakan yang menurut perhitungan
merupakan tindakan yang paling tepat. Pengambilan keputusan yang dilakukan
biasanya memiliki beberapa tujuan, seperti tujuan yang bersifat tunggal (hanya
satu masalah dan tidak berkaitan dengan masalah lain) dan tujuan yang bersifat
ganda (masalah saling berkaitan, dapat bersifat kontradiktif ataupun tidak
kontradiktif)
Seorang pemimpin dalam mengambil
keputusan dihadapkan pada dilema etika dan moral. Keputusan yang diambil
pemimpin tentunya akan menghasilkan dampak bagi orang lain. Idealnya, seorang
pemimpin mempunyai integritas yang menjunjung tinggi nilai moral dan etika.
Sehingga, keputusan yang diambilnya adalah mengacu tidak hanya pada
kepentingannya sendiri, melainkan juga kepentingan orang banyak termasuk
lingkungannya. Istilah etika berasal dari bahasa Yunani yaitu “ethos” yang
berarti watak atau kebiasaan. Dalam bahasa sehari-hari kita sering kita sering
menyebutnya etiket yang berarti cara bergaul atau berperilaku yang baik yang
sering juga disebut sebagai sopan-santun
Proses
pengambilan keputusan adalah bagaimana perilaku dan pola komunikasi manusia
sebagai individu dan sebagai anggota kelompok dalam struktur organisasi. Tidak
ada pembahasan kontemporer pengambilan keputusan akan lengkap tanpa
dimasukkannya etika. Mengapa? Karena pertimbangan etis seharusnya merupakan
suatu kriteria yang penting dalam pengambilan keputusan, maka dari itu pada
penyusunan makalah ini akan dibahas tentang
pendekatan pengambilan keputusan etis diaman teridiri dari analisis
biaya manfaat dan analisis etis untuk pemecahan masalah.
1.2.Rumusan Masalah
Berdasarkan
latar belakang diatas maka rumusan masalah adalah sebagai berikut;
a.
Apa itu etika dan
pengambilan keputusan
b.
Bagaimanakah
Pendekatan-pendekatan dalam pengambilan
keputusan yang etis,
c.
Apa itu analisis biaya
manfaat,
d.
Bagaimanakah analisis
etis untuk pemecahan masalah.
1.3.Tujuan
Penulisan
Berdasarkan
rumusan masalah, maka tujuan dari penulisan makalah ini adalah membahas,
mengetahui serta memahami;
a.
Etika pengambilan
keputusan,
b.
Pendekatan-pendekatan pengambilan keputusan
c.
Analisis biaya
manfaat,
d.
Analisis untuk
pemecahan masalah
II.
METODE PENULISAN
Makalah
ini menggunakan metode deskriptif kualitatif, yaitu mendeskripsikan,
menguraikan, dan memberikan gambaran tentang pendekatan pendekatan dalam
pengambilan keputusan yang etis. Dari gambaran tersebut ditarik kesimpulan
bagaimana agar seorang individu dapat mengambil keputusan yang etis dengan
menggunakan beberapa analisis, yaitu analisis biaya manfaat dan analisis etis
untuk pemecahan masalah.
III. ANALISIS
3.1.Etika dan
Pengambilan Keputusan
3.1.1.
Etika
Seorang pemimpin dalam mengambil keputusan
dihadapkan pada dilema etika dan moral. Keputusan yang diambil pemimpin
tentunya akan menghasilkan dampak bagi orang lain. Idealnya, seorang pemimpin
mempunyai integritas yang menjunjung tinggi nilai moral dan etika. Sehingga,
keputusan yang diambilnya adalah mengacu tidak hanya pada kepentingannya
sendiri, melainkan juga kepentingan orang banyak termasuk lingkungannya.
Istilah etika berasal dari bahasa Yunani yaitu “ethos” yang berarti watak atau
kebiasaan. Dalam bahasa sehari-hari kita sering menyebutnya etiket yang berarti
cara bergaul atau berperilaku yang baik yang sering juga disebut sebagai
sopan-santun.
Istilah
etika banyak dikembangkan dalam organisasi sebagai norma-norma yang mengatur
dan mengukur perilaku professional seseorang. Secara lengkap etika diartikan sebagai nilai-nilai normatif
atau pola perilaku seseorang atau badan/lembaga/organisasi sebagai suatu bentuk
yang dapat diterima umum dalam interaksi dengan lingkungannya. Sedangkan dalam
konteks lain secara luas dinyatakan bahwa etika adalah aplikasi dari proses dan
teori filsafat moral terhadap kenyataan yang sebenarnya. Etika dimulai bila manusia
merefleksikan unsur-unsur etis dalam pendapat-pendapat spontan kita. Kebutuhan
akan refleksi itu akan kita rasakan, antara lain karena pendapat etis kita
tidak jarang berbeda dengan pendapat orang lain. Untuk itulah diperlukan etika,
yaitu untuk mencari tahu apa yang seharusnya dilakukan oleh manusia. Secara
metodologis, tidak setiap hal menilai perbuatan dapat dikatakan sebagai etika.
Etika memerlukan sikap kritis, metodis, dan sistematis dalam melakukan
refleksi. Karena itulah etika merupakan suatu ilmu. Sebagai suatu ilmu, objek
dari etika adalah tingkah laku manusia. Akan tetapi berbeda dengan ilmu-ilmu
lain yang meneliti juga tingkah laku manusia, etika memiliki sudut pandang
normatif. Maksudnya etika melihat dari sudut baik dan buruk terhadap perbuatan
manusia.
3.1.2.
Pengambilan Keputusan
Para
indivindu dalam organisasi membuat keputusan (decision) artinya mereka membuat pilihan-pilihan dari dua
alternative atau lebih. Sebagai contoh, manajer puncak bertugas menentukan
tujuan-tujuan organisasi, produk, atau jasa yang ditawarkan cara terbaik untuk
membiayai berbagai operasi, produk atau jasa yang menempatkan pabrik manufaktur
yang baru. Manajer tingkat menegah dan bawah menetukan jadwal produksi,
menyeleksi karyawan baru, dan merumuskan bagaimana meningkatkan bayaran
karyawan baru, dan merumuskan bagaimana meningkatkatkan bayaran karyawan.
Karyawan nonmanajerial juga membuat keputusan yang mempengaruhi pekerjaan dan
organisasi tempat mereka bekerja. Sedangkan pengambilan keputusan mengandung
arti pemilihan alternatif terbaik dari sejumlah alternatif yang tersedia.
Teori-teori pengambilan keputusan bersangkut paut dengan masalah bagaimana
pilhan-pilhan semacam itu dibuat. Beberapa pengertian keputusan menurut
beberapa tokoh (dhino ambargo:2) adalah sebagai berikut:
a)
Menurut Davis (1988)
keputusan adalah hasil dari pemecahan masalah yang dihadapinya dengan tegas.
Hal ini berkaitan dengan jawaban atas pertanyaan-pertanyaan mengenai apa yang
harus dilakukan dan seterusnya mengenai unsur-unsur perencanaan. Keputuan dibuat
untuk menghadapi masalah-masalah atau kesalahan yang terjadi terhadap rencana
yang telah digariskan atau penyimpangan serius terhadap rencana yang telah
ditetapkan sebelumnya. Tugas pengambilan keputusan tingkatnya sederajat dengan
tugas pengambilan rencana dalam organisasi.
b)
Siagian (1996)
menyatakan, pada hakikatnya pengambilan keputusan adalah suatu pendekatan
sistematis terhadap hakikat suatu masalah, pengumpulan fakta-fakta dan data.
Penentuan yang matang dari altenatif yang dihadapi dan pengambilan tindakan
yang menurut perhitungan merupakan tindakan yang paling tepat.
Dari
beberapa penjelasan diatas dapat diambil kesimpulan bahwa pengambilan
keputusan ini adalah sesuatu pendekatan yang sistematis terhadap
hakikat suatu masalah, pengumpulan fakta-fakta dan data, penentuan yang matang
dari alternatif yang dihadapi, dan mengambil tindakan yang menurut perhitungan
merupakan tindakan yang paling tepat. Pengambilan keputusan yang dilakukan
biasanya memiliki beberapa tujuan , seperti ; tujuan yang bersifat tunggal
(hanya satu masalah dan tidak berkaitan dengan masalah lain) dan tujuan yang
bersifat ganda (masalah saling berkaitan, dapat bersifat kontradiktif ataupun
tidak kontradiktif). Seorang
pemimpin dalam mengambil keputusan dihadapkan pada dilema etika dan moral.
Keputusan yang diambil pemimpin tentunya akan menghasilkan dampak bagi orang
lain. Idealnya, seorang pemimpin mempunyai integritas yang menjunjung tinggi
nilai moral dan etika. Sehingga, keputusan yang diambilnya adalah mengacu tidak
hanya pada kepentingannya sendiri, melainkan juga kepentingan orang banyak
termasuk lingkungannya. Maka ada baiknya sebelum kita mengambil keputusan, kita
harus mengacu pada prinsip-prinsip berikut ini:
1)
Autonom
Isu ini berkaitan dengan apakah keputusan anda menimbulkan
kerugian terhadap orang lain? Setiap keputusan yang Anda ambil tentunya akan
mempengaruhi banyak orang. Oleh karena itu, Anda perlu mempertimbangkan faktor
ini ke dalam setiap proses pengambilan keputusan Anda. Misalnya keputusan untuk
merekrut pekerja dengan biaya murah. Seringkali perusahaan mengeksploitasi
buruh dengan biaya semurah mungkin padahal sesungguhnya upah tersebut tidak
layak untuk hidup.
2)
Non-malfeasance
Apakah keputusan Anda akan mencederai pihak lain? Di
kepemerintahan, nyaris setiap peraturan tentunya akan menguntungkan bagi satu
pihak sementara itu mencederai bagi pihak lain. Begitu pula halnya dengan
keputusan bisnis pada umumnya, dimana tentunya menguntungkan bagi beberapa
pihak namun tidak bagi pihak lain.
3)
Beneficence
Merupakan keputusan harus dapat menjadi solusi bagi
masalah dan merupakan solusi terbaik yang bisa diambil.
4)
Justice
Proses
pengambilan keputusan mempertimbangkan faktor keadilan, dan termasuk
implementasinya. Di dunia ini memang sulit untuk menciptakan keadilan yang sempurna
namun tentunya kita selalu berusaha untuk menciptakan keadilan yang ideal
dimana memperlakukan tiap orang dengan sejajar.
3.1.3.
Pendekatan Pengambilan Keputusan Etis
a.
Kerangka Kerja Pengambilan Keputusan Etis
Sebagai respons
terhadap keputusan yang dapat dipertahankan secara etis, kerangka ini
menyertakan persyaratan tradisional untuk profitabilitas dan legalitas. Serta
persyaratan yang dapat ditampilkan filosofis secara penting dan baru-baru ini
dituntut oleh pemangku kepentingan. Hal ini dirancang untuk meningkatkan
pertimbangan etis dengan menyediakan:
a)
Pengetahuan dalam
identifikasi dan menganalisis isu-isu penting yang harus dipertimbangkan dan
pertanyaan atau tantangan yang harus diungkap;
b)
Pendekatan untuk
menggabungkan dan menerapkan keputusan faktor yang relevan ke dalam tindakan
praktis.
Kerangka
kerja pengambilan
keputusan etis (EDM) menilai
etiskalitas keputusan atau tindakan yang dibuat dengan melihat:
a.
konsekuensi atau
diciptakan offness baik dalam hal manfaat atau biaya,
b.
hak dan kewajiban yang
terkena dampak,
c.
keadilan yang
terlibat,
d.
motivasi atau
kebajikan yang diharapkan.
Pertimbangan Pembuatan Keputusan
Etis (EDM); Landasan Filosofis
Pertimbangan EDM
Kekayaan
atau kesejahteraan
Menghormati
hak para pemangku kepentingan
Kesetaraan
diantara para pemangku kepentingan
Harapan
untuk sifat karakter, kebajikan
Isu Tertentu Terkait
dengan EDM
Perilaku
yang berbeda dalam budaya yang berbeda (suap)
Konflik
kepentingan, dan batas-batas untuk perilaku mementingkan diri sendiri
|
Teori Filosofi
Konsekuensialisme,
utilitarianisme, teologi
Deontologi (hak dan
kewajiban)
Imperatif kategoris
kant, keadilan yang tidak memihak
Kebajikan
Relativisme,
subjektivisme
Deontologi,
subjektivisme, egoisme
|
b.
Pendekatan filosofi
1)
Konsekuensialisme, Utilitarianisme,
atau Teleologi
Pelaku Konsekuensialisme sungguh-sungguh dalam memaksimalkan
manfaat yang dihasilkan oleh keputusan. Paham ini berpegang pada prinsip bahwa
suatu tindakan itu benar secara moral jika dan hanya jika tindakan itu
memaksimalkan manfaat bersih. Dengan kata lain, suatu tindakan dan juga
keputusan disebut etis jika konsekuensi yang menguntungkan lebih besar daripada
konsekuensi yang merugikan. Utilitarianisme klasik berkaitan dengan utilitas
keseluruhan, mencakup keseluruhan varian, oleh karena
itu hanya dari manfaat parsial
dalam pengambilan keputusan etis dalam konteks bisnis, profesional dan
organisasi. Konsekuensialisme dan
utilitarianisme berfokus pada hasil atau akhir dari tindakan, maka disebut juga
teleological.
Menurut AACSB Pendekatan konsekuensialisme mengharuskan untuk menganalisis keputusan dalam hal
kerugian dan manfaatnya bagi pemangku kepentingan dan untuk mencapai sebuah
keputusan yang menghasilkan kebaikan dalam jumlah besar. Konsekuensialisme berpendapat bahawa sebuah perbuatan benar secara
moral jika dan hanya jika tindakan tersebut mampu memaksimalkan kebaikan
bersih. Dengan kata lain, tindakan dan sebuah keputusan akan menjadi etis jika
konsekuensi positif lebih besar daripada konsekunsi negatifnya.
2)
Deontologi
Berbeda dengan konsekuensialisme,
deontologi berfokus pada kewajiban dan tanggung jawab yang memotivasi suatu
keputusan atau tindakan dan bukan pada konsekuensi dari tindakan. Tindakan yang
didasarkan pada pertimbangan kewajiban, hak, dan keadilan sangat penting bagi professional,
direktur, dan eksekutif yang diharapkan memenuhi kewajibannya. Menambah
konsekuensialisme dengan analisis deontologi secara khusus termasuk perlakuan
yang adil akan menjaga terhadap situasi dimana untuk kepentingan apa
pertimbangan konsekuensi yang menguntungkan akan diperbolehkan untuk
membenarkan tindakan ilegal atau tidak etis dalam mencapai tujuan.
3)
Virtue Ethics (Etika Kebajikan)
Kalau kedua pendekatan tadi menekankan pada konsekuensi dari
tindakan atau tanggung jawab, hak dan prinsip-prinsip sebagai panduan untuk
membenarkan kebiasaan moral, etika kebajikan berkaitan dengan aspek motivasi
dari karakter moral yang ditunjukkan oleh pengambil keputusan. Kebajikan
adalah karakter yang membuat orang bertindak etis dan membuat orang tersebut
menjadi manusia yang bermoral.
Menurut AACSB etika kebajikan berfokus pada karakter atau integrasi moral para
pelaku dan melihat pada moral masyarakat, seperti masyarakat profesional, untuk
membantu mengidentifikas isu-isu etis dan panduan tindakan etis.
Pendekatan
dan Kriteria Pembuatan Keputusan Etis
3.2.
Analisis Biaya
Manfaat
Manajemen
perusahaan makin meningkatkan kesadarannya bahwa keputusan bisnis sering kali
memiliki dampak yang tidak dapat diukur dengan mudah menggunakan analisis
akuntansi tradisional. Pemerintah dan kelompok-kelompok kepentingan khusus
dengan cepat menunjukkan bahwa banyak biaya yang dihasilkan dari keputusan
bisnis tidak tercermin dalam (atau yang diluar) laporan perusahaan. Polusi
kerusakan misalnya harus ditanggung oleh pihak lain, bukan oleh perusahaan yang
menyebabkan masalah. Dapat dimengerti, jika kemudian, eksekutif perusahaan
mencari teknik analisis yang memperhitungkan biaya dan manfaat eksternal tersebut ketika mereka berunding
tentang kebijakan perusahaan. Tak pelak
lagi mereka meminta kepada akuntan mereka untuk mengembangkan analisis
biaya-manfaat yang diperlukan untuk melengkapi proyek tingkat pengembalian yang
biasa dilakukan. Analisis biaya-manfaat (ABM) dapat digunakan untuk:
a.
Menentukan proyek apa
yang harus dilakukan
b.
Untuk memantau kinerja
sebuah perusahaan atau proyek
Penggunaan
analis biaya manfaat, dibagi menjadi 2 yakni:
1)
Organisasi sektor
swasta
·
dukungan untuk subsidi
pemerintah, hibah atau tarif.
·
Perkiraan dampak
pencemaran terhadap masyarakat
·
Penilaian waktu
karyawan yang dihabiskan untuk kegiatan publikEvaluasi alokasi sumber daya
untuk proyek-proyek atau kampanye kepentingan umum
·
Dukungan untuk klaim
kerusakan yang timbul dari hilangnya nyawa, mata, tungkai dan lain-lain.
·
Perhitungan waktu
luang.
2)
Organisasi sektor
publik
Evaluasi
alternative program social mengarah pada alokasi sumber daya untuk:
·
Program kesehatan
·
Program pendidikan
·
Fasilitas rekreasi
·
Proyek konservasi
·
Proyek-proyek
perbaikan transportasi
·
Perumusan peraturan
untuk pengendalian polusi
3.2.1.
Kekurangan Data
Akuntansi Tradisional
Adapun
kekurangan data akuntansi tradisional jika dibandingkan dengan
analisis biaya manfaat memiliki kelemahan yaitu
1)
Hal ini berfokus pada
tindakan masa lalu, yang tidak relefan untuk tindakan masa depan dalam
pengambilan keputusan.
2)
Tidak memperhitungkan
faktor-faktor eksternal.
3)
Mempertimbangkan
beberapa sumber daya sebagai sumber daya bebas atau tanpa biaya.
4)
Fokusnya jauh lebih
sempit, selalu berhubungan dengan kepentingan pemegang saham, bukan kepentingan
pemangku kepentingan (atau masyarakat).
3.2.2.
Teknik Analisis
Biaya-Manfaat
Daripada
menggunakan keterangan normal seperti, pendapatan, beban, dan laba bersih,
terminology yang dipakai dalam ABM adalah keuntungan, biaya, dan kelebihan
manfaat atas biaya. Konsep ABM tentang manfaat dan biaya lebih luas dari
pendapatan dan biaya, karena meraka memperhitungkan nilai-nilai eksternal masa
depan sampai sekarang. Proyek harus dilakukan jika manfaatnya melebihi biaya
atau rasio keuntungan/ biaya lebih besar dari satu.
3.2.3.
Tingkat Diskon
Uang yang digunakan
untuk membiayai proyek menjadi tertahan untuk kegunaan lain. Dengan demikian,
biaya tersebut secara tepat diukur dengan menghitung biaya kesempatan yang
dilewatkan, apakah itu adalah tingkat imbal marginal setelah pajak yang hilang
dari investasi lain atau harga konsumen akan bersedia membayar penundaan
konsumsi mereka. Hasil studi ABM biasanya didiskontokan pada tingkat marginal
rata-rata tertimbang berdasarkan proyeksi sumber-sumber pembiayaan yang
digunakan.
3.2.4.
Pengukuran
Biaya Dan Manfaat
Meskipun
terdapat masalah dalam memilih tingkat potongan yang tepat, ini merupakan
masalah kecil dibandingkan dengan kesulitan untuk mengidentifikasi dan mengukur
biaya tahunan masa depan dan keuntungan (itu sendiri). Sayangnya, banyak biaya
dan manfaat tidak dapat ditentukan secara langsung, dan pengganti atau cara
tidak langsung harus digunakan untuk memperkirakan nilai yang terlibat,
meskipun diakui hampir tidak mungkin menangkap semua karakteristik dari niali
pengganti.
3.2.5.
Kekurangan Dari
Analisis Biaya Manfaat
Beberapa
akuntan berpendapat bahwa anggaran biaya manfaat terlalu jauh dari misi
tradisional mereka yang cukup bernilai untuk dipelajari akan tetapi argument
ini tidak melihat kelanjutan dari anggaran biaya manfaat yang telah digunakan
sebelum tahun 1844, keunggulan anggaran biaya manfaat dalam mengatur keputusan
pemerintah. Selain itu kecenderungan yang jelas adalah bahwa tehnik anggaran biaya
manfaat akan dipakai di sektor swasta untuk memberikan fokus dalam pengambilan
keputusan program-progam perusahaan yang berdampak pada masyarakat.
Akuntan secara tradisional telah
mengasumsikan peran pokok dalam menyediakan data untuk keputusan di sektor
swasta dan jika posisi ini harus dipertahankan itu adalah kepentingan terbaik
akuntan untuk mengenal dengan baik tehnik ABM dan kekurangannya. Selain itu
akuntan sering terlibat langsung dengan keputusan ABM di sektor public, mereka
akan membuat keputusan yang kurang terampil atau untuk menantang proposal
spesifik ABM secara efektif, kecuali mereka menyadari tehnik ABM yang relefan.
Alasan kami menekankan pentingnya saran informasi akan menjadi lebih jelas
ketika berbagai kekurangan dan keseriusan ABM dipahami. Kekurangan dapat
dikelompokkan menjadi tiga katagori yaitu:
1)
Pilihan yang tersedia
untuk yang mempersiapkannya (preparer).
2)
Kendala yang harus
dipertimbangkan oleh preparer dan pengguna.
3)
Masalah yang tidak
dapat diatasi oleh ABM.
Adapun kendala-kendala yang harus
dipertimbangkan oleh preparer dan pengguna ABM maka penting jika
proyek-proyek saling terpisah satu sama lain. Jika sedang dipertimbangkan
proyek bersama, maka analisis ABM harus mencakup semua aspek proyek. Selain itu
proyek yang diterima memenuhi persyaratan hukum dan sesuai dengan administrasi.
Kadang-kadang kendala anggaran dihapus dan pembuat keputusan diberitahu untuk
menghabiskan anggaran yang telah ditetapkan tanpa memperhatikan biaya
kesempatan dari uang yang dibelanjakan.
3.2.6.
Pilihan Yang
Tersedia
Pilihan
yang banyak dan jika tidak terlalu akurat, akan menjadi bias bagi ABM sampai di
titik dimana keputusan yang tidak bijaksana akan dihasilkan. Ada metode yang
bisa mencegah bias dan tidak masuk akal, tapi pengambil keputusan pertama kali
harus memahami apa saja potensi masalahnya. Sangat penting bahwa biaya
kesempatan yang akurat diperkirakan untuk uang yang dipergunakan untuk
membiayai setiap proyek ABM. Bias dapat masuk ke dalam ABM melalui pilihan
buruk sebagai pengganti dan metode yang digunakan untuk mengukur nilai-nilai
masyarakat
3.2.7.
Kendala-Kendala
Sehubungan
dengan kendala-kendala yang harus dipertimbangkan oleh preparer dan
pengguna ABM, maka penting proyek-proyek saling terpisah satu sama lain, atau
jika sedang dipertimbangkan proyek bersama, maka analisis ABM harus mencakup
semua aspek proyek. Selain itu, proyek yang diterima memenuhi persyaratan hukum
dan sesuai dengan administrasi.
Isu yang tidak terselesaikan
pengambil keputusan ABM harus menyadari bahwa ada banyak isu yang tidak pernah
dapat sepenuhnya diselesaikan dengan tehnik ABM. ABM tidak memperhitungkan
masalah ekuitas, seperti kelayakan dari menghukum satu kelompok atas keuntungan
kelompok lain. Abm disini untuk tetap
dipakai, akuntansi tradisional tetap berharga, tetapi dalam masyarakat
maju, organisasi harus menyadari dan memperhitungkan dampak eksternal mereka.
Pemerintah sudah membuat pilihan social bagi kita semua berdasarkan analisis
biaya manfaat. Oleh karena itu, akuntan disarankan untuk meningkatkan pemahaman
mereka tentang analisis biaya-manfaat beserta kekurangannya, atau jika tidak
mereka akan kehilangan tempat mereka sebagai tangan kanan dari pengambil
keputusan.
3.3.
Analisis Etika
Untuk Pemecahan Masalah
Kebanyakan para pelaku
bisnis mengambil keputusan berdasarkan kepentingan para pemilik atau para
pemegang saham, pandangan ini merupakan pendekatan secara tradisional.
Pendekatan secara tradisional ini dimodifikasi menjadi dua cara, pertama asumsi
bahwa seluruh stakeholder hanya ingin meaksimalkan keutungan jangka pendek.
Kedua, hak dan kewajiban dari beberapa kelompok non-shareholder seperti
karyawan, konsumen atau klien, supplier, kreditor, tokoh masyarakat dan
pemerintah memiliki kepentingan dari hasil keputusan yang dibuat dan juga
tujuan dan perusahaan itu ikut dipertimbangan dalam pengambilan keputusan
perusahaan.
Perusahaan yang modern saat
ini sangat mempertimbangkan kelompok Shareholder dan kelompok diluar
shareholder, kedua kelompk tersebut menjadi pembentuk dari sebuah stakeholder
yang menjadi Company Respond. Jika kehilangan salah satu unsure stakeholder
atau biasa disebut primary stakeholder. Hal tersebut dapat menyebabkan
perusahaan tidak dapat berpotensi secara penuh, dan mungkin dapat menimbulkan
kerugian pada perusahaan.
Asumsi bahwa kelompok
shareholder monolitik hanya tertarik pada keuntungan jangka panjang yang sedang
mengalami modifikasi, disebabkan karena perusahaan yang modern mencari
shareholders yang terdiri dari perorangan maupun institusi yang tertarik pada
keuntungan jangka panjang dan bagaimana etika bisnis diterapkan.
Investor yang etis mengembangkan jarigan
formal dan informal melalui kegiatan perusahaan mereka, mereka juga memutuskna
bagaimana untuk memilih wakil-wakil mereka, serta bagaimana pendekatan ke
direktur agar mereka memperhatikan dan tetap pada ruang lingkup atas
perlindungan terhadap lingkungan. Mereka juga memberikan kompensasi dan nilai
lebih terhadap kegiatan HAM pada suatu negara tertentu seperti Afrika Selatan.
3.3.1. Kepentingan Yang Fundamental Dari Stakeholder
Para decision maker menggabungkan kepentingan kelompok stakeholder dan
menciptakaan tiga kepentingan yang mendasar, yaitu: Dapat menghasilkan
keputusan yang dapat mengakomodir kepentingan mereka Suatu keputusan sebaiknya
mempertimbangkan pendistribusian yang adil antara keuntungan dan beban.
Suatu keputusan hendaknya tidak bertentangan
dengan hak-hak Stakeholder, termasuk hak dalam membuat keputusan:
a.
Well-offnes adalah Keputusan sebaiknya
menghasilkan lebih banyak keuntungan daripada Biaya
b.
Fairness adalah Pendistribusian hendaknya
mempertimbangkan keseimbangan antara keuntungan dan biaya.
c.
Right adalah Hasil keputusan hendaknya
tidak bertentangan dengan hak Stakeholder.
3.3.2. Pengukuran Pengaruh Yang Dapat Dikuantifisir
Keuntungan adalah
kepentingan utama yang ingin didapat oleh para pemegang saham dan merupakan hal
yang penting untuk mencerminkan ketahanan dan kesehatan suatu perusahaan. Pada
waktu inflasi, keuntungan dapat merubah inventory di harga yang lebih
tinggi.
a)
Pengkajian Terhadap
Pengaruh Yang Tidak Dapat Dikuantifisir
Keadilan bukan merupakan
konsep yang absolut. hal ini merupakan petunjuk yang berasal dari suatu
kejadian ekonomi yang berorientasi dalam mencari keuntungan dan biaya yang
menjadi dasar dari keputusan tersebut. contohnya adalah keputusan untuk
menaikan pajak lebih tinggi pada pendapatan tinggi, tetapi melihat secara adil
sesuai dengan kapasitas mereka untuk membayar pajak. alasan dan perspektif
diperlukan untuk menilai kewajaran dengan teliti
IV. KESIMPULAN
Keputusan
yang diambil pemimpin tentunya akan menghasilkan dampak bagi orang lain.
Idealnya, seorang pemimpin mempunyai integritas yang menjunjung tinggi nilai
moral dan etika. Sehingga, keputusan yang diambilnya adalah mengacu tidak hanya
pada kepentingannya sendiri, melainkan juga kepentingan orang banyak termasuk
lingkungannya. Ada lima kriteria dalam mengambil keputusan yang etis,
yaitu utilitarian, universalisme (duty), penekanan pada hak, penekanan pada
keadilan, dan relativisme (self-interest).
DAFTAR
PUSTAKA
Brooks,
Leonard J. & Paul Dunn. 2011.Etika Bisnis dan Profesi: Untuk Direktur,
Eksekutif, dan Akuntan. Edisi Kelima. Buku Satu. Terjemahan oleh Kanti
Pertiwi Jakarta: Salemba Empat.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar