Oleh: Yovi Citra
Nengsih
1. PEMBAHASAN
1.
TECHNOLOGY
ACCEPTANCE MODEL (TAM)
1.1.
Sistem Informasi
Menurut
Jogiyanto dalam buku “ Analisis dan
Desain Sistem Informasi: Pendekatan Terstruktur Teori Dan Praktek Aplikasi
Bisnis” (2005), bahwa sistem informasi adalah media perantara antara
instrument fisik dan non fisik yang berkaitan dengan peran teknologi informasi
terhadap manusia dalam membantu proses sarana komunikasi bisnis yang baik dan
berperan dalam menghasilkan kinerja yang lebih produktif dalam sebuah
organisasi.
1.2.
Pengertian Personal Computer (Pc)
Personal Computer (PC) secara bahasa berarti Komputer Pribadi dapat didefinisikan sebagai komputer berskala kecil yang dirancang untuk memenuhi kebutuhan pengguna dibidang teknologi komputer (Echols,1998). Personal Computer ini termasuk kategori Micro Computer (Komputer Mikro), dengan kapasitas yang terbatas dan merupakan salah satu perangkat koinputer yang dipersiapkan secara paket (Computer
Packages) untuk tujuan penggunaan secara umum ( Downing,1993)..
Personal Computer (PC) sebagai salah satu jenis komputer mikro {Micro Computer) juga dideskripsikan oleh para ahli TI sebagai komputer tipe kecil untuk penggunaan penyelesaian pekerjaan skala kecil di rumah dan kantor (Burstein, 1986)
dalam Sarana (2000).
Personal
Computer
di
tujukan
untuk
pengguna akhir (end
user
Computing) dengan desain
Y.~ng sederhana
dan disesuaikan dengan
kebutuhan
pengguna, Berbeda dengan komputer yang berskala besar (Mainframe Computer), PC ini lebih murah dan dapat dijangkau
pengguna baik secara individual maupun
secara kolektif (Luthans,1995) dalam Nurcahyati (2000).
1.3. Aspek Keprilakuan (Behavioral
aspect) dalam Pengembangan
dan Penerapan
Teknologi Informasi
Menurut Bodnar
dan
Hopwood
(1995)
ada
tiga
hal
yang berkaitan dengan penerapan TI berbasis
komputer yaitu ;
(a) Perangkat
keras (hardware);
(b) Perangkat
lunak
(software), dan;
(c) Pengguna
(brainware).
Ketiganya elemen tersebut saling
berinteraksi dan dihubungkan dengan suatu perangkat masukan keluaran (input-output media), yang sesuai
dengan fungsinya masing- masing. Perangkat keras (Hardware) adalah media yang digunakan
untuk memproses informasi. Perangkat
lunak (software) yaitu sistem dan aplikasi yang
digunakan untuk memproses masukan
(input) untuk
menjadi
informasi, sedangkan pengguna (brainware) merupakan hal yang
terpenting karena fungsinya sebagai, pengembang hardware dan
software, serta sebagai pelaksanan (operator) masukan (input) dan sekaligus penerima
keluaran (output) sebagai pengguna sistem (user). Pengguna sistem
adalah manusia (man) yang
secara psikologi memiliki suatu prilaku (behavior) tertentu yang melekat pada dirinya, sehingga aspek keprilakuan dalam
konteks manusia sebagai pengguna (brainware) TI menjadi penting sebagai faktor
penentu pada setiap orang
yang menjalakan TI.
Menurut Syam (1999), pertimbangan
perilaku ini perlu mendapat
perhatian khusus dalam konteks
penerapan TL Pendapat ini sejalan
dengan Sung (1987) dalam Trisna (1998) yang menyatakan bahwa faktor-faktor teknis,
prilaku, situasi dan personil
pengguna
TI
perlu dipertimbangkan sebelum
TI diimplementasikan. Henry (1986) dalam Trisnawati (1998) juga mengemukakan
bahwa prilaku 'pengguna, dan personal
sistem diperlukan dalam pengembangan
sistem, dan hal ini berkaitan dengan pemahaman dan cara pandang pengguna sistem tersebut. Dengan demikian dapat disimpulkan
bahwa
persepsi para personil (orang-orang) yang terlibat
dalam implementasi sistem akan berpengaruh pada akhir suatu sistem, apakah sistem itu berhasil atau tidak, dapat diterima atau tidak,
bermanfaat atau tidakjika
diterapkan.
Sri Astuti, (2001) berpendapat bahwa penggunaan teknologi
informasi, pernanfaatan informasi oleh individual, kelompok
· atau organisasi merupakan variabel inti
dalam riset sistem informasi, sebab sebelum digunakan pertama terlebih dahulu dipastikan tentang penerimaan atau penolakan di gunakannya TI tersebut, ha] ini berkaitan dengan perilaku yang ada pada individu/organisasi
yang menggunakan teknologi komputer.
Menurut Boodnar dan Hopwood (1995), pengembangan TI memerlukan perencanaan dan implementasi yang hati-hati untuk menghindari adanya
penolakan terhadap sistem yang dikembangkan, dan ini sangat berhubungan
dengan perubahan prilaku secara individual dalam melaksanakan pekerjaannya. Lawrence dan Low (1993) dalam Kusnadi (2001);Nur Indriantoro (2000);
Jarvenva dan Tvees
(1991) memberikan sebuah contoh
aspek partisipasi
dan keterlibatan pengguna sebagai salah satu perwujudan dari aspek keprilakuan yang penting
diperhatikan untuk
menghindari penolakan (resistance) implementasi suatu sistem.
Hal ini
sejalan
dengan
pendapat
Sabherwal
dan
Elam
(1995) yang menyatakan bahwa Penerapan TI menimbulkan problematik dari berbagai faktor dan
diantaranya adalah faktor
prilaku. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Guimares dan Rarnanujam (1996),
Lee (1986), Strassman
(1985) dalam Nur Indriantoro (2000), menemukan bahwa penerapan TI dalam suatu
organisasi mendorong terjadinya perubahan
revolusioner terhadap prilaku
individu dalam bekerja, dan dalam konteks penggunaan PC, kemungkinan seseorang mempunyai keyakinan bahwa penggunaan
komputer akan memberikan manfaat bagi dirinya
dan pekerjaannya (Nur Indriantoro,2000).
Berdasarkan beberapa
uraian teoritis dan hasil penelitian empiris yang telah di uraikan diatas, dapat di fahami bahwa aspek prilaku dalam penerapan TI merupakan salah satu aspek yang penting untuk di perhatikan, karena berhubungan langsung dengan pengguna (user), sebab interaksi antara pengguna dengan perangkat komputer yang di gunakan sangat di pengaruhi oleh persepsi,
sikap, afeksi sebagai aspek keprilakuan yang melekat pada diri manusia sebagai
user. Kesimpulan yang dapat ditarik dari uraian-uraian diatas adalah penerapan
suatu sistem dan teknologi informasi tidak terlepas dari aspek prilaku karena pengembangan sistem terkait dengan masalah individu dan organisasional sebagai pengguna sistem tersebut, sehingga
sistem yang dikembangkan harus berorientasi kepada penggunanya.
1.3. Penerimaan (Acceptance) Penggunaan Personal Computer (PC)
Berdasarkan basil penelitian yang di lakukan oleh peneliti di bidang TI khususnya di negara Amerika Serikat, secara empiris terbukti bahwa PC semakin banyak di gunakan (lihat Gallun,et.al 1987~ Darryl, 1994). Personal Computer sebagai komputer tipe kecil sering di jumpai penggunaannya di masyarakat luas (Burstein, 1986), sehingga semakin menujukkan begitu luasnya penerimaan penggunaan Personal Computer
dimasyarakat (Yap,et.al,1992) dalam Mhd.Jantan.et.al (2001). Bebeberapa perusahaan
raksasa
di dunia
yang mengembangkan teknologi
komputer
seperti IBM
,NEC.Epson, Accer, Microsoft.Toshiba juga melaporkan
bahwa
pasar teknologi komputer didunia
saat
ini didominasi oleh penjualan Personal
Computer (PC} Data terakhir untuk tahun 2002,
permintaan pasar Personal Computer
dunia mengalami kenaikan 12,97 % dari
tahun 2001 yang
menujukkan trend
kenaikan
atas penggunaan PC
di dunia (Media Indonesia, 24 Juni 2002).
Di Indonesia penggunaan PC secara umum dapat
dengan mudah di temui
di · masyarakat, walaupun secara· pasti tidak diketahui tingkat
penggunaan PC
diseluruh propinsi dan frekuensi
penggunaan PC disegala
lapisan masyarakat
di
Indonesia, namun berdasarkan beberapa basil penelitian yang di
lakukan oleh para peneliti di Indonesia secara
empiris terbukti bahwa
penerapan TI baik
penggunaan komputer skala
besar
(mainframe
computer) maupun komputer
mikro (micro computer) bagi organisasi-organisasi yang diteliti sebagai sampel penelitian,
ditemui
bahwa penggunaan komputer merupakan sesuatu hal yang lazim, sehigga semakin membuktikan bahwa PC memang sudah dikenal dan dipergunakan secara luas (lihat
Nur Indriantoro, 2000, Sarana, 2000; Nurcahyati,
2002, Juniarti,2001).
1.4. Teori dan Model Penerimaan
Teknologi Informasi (Tl)
dengan
Technology Acceptance Model (TAM)
Model penerimaan teknologi (Technology
Acceptance Model atau TAM)
merupakan suatu
model penerimaan sistem teknologi informasi
yang akan digunakan
oleh pemakai. TAM dikembangkan oleh
Davis et al. berdasarkan model TRA. TAM menambahkan dua konstruk utama ke dalam model TRA. Dua
konstruk utama ini adalah
kegunaan persepsian (perceived usefulness) dan kemudahan penggunaan persepsian
(perceived ease of use) (Davis
et al, 1989:320).
Beberapa model
telah dibangun untuk
menganalisis
dan memahami
faktor-faktor yang mempengaruhi diterimanya penggunaan teknologi kornputer, diantaranya yang tercatat dalam berbagai · literatur dan referensi basil riset dibidang teknologi informasi ada!ah seperti Theory of Reasoned Action (TRA), Theory of Planned Behavior
(I'PB). dan Technology Acceptance Model (FAM) (Mhd.Jantan.et.al,2001). Model TAM yang dikembangkan oleh Davis F.D (1989) merupakan salah satu model yang paling banyak digunakan
dalam penelitian TI (lihat Iqbaria.et.al,1997; Adam.et.al,1992; Mhd.Jantan.et.al.2001; Chin dan Todd,
1995), karena model ini
lebih sederhana, dan
mudah diterapkan (Iqbaria,.1995) dalam Sarana (2000).
Model TAM sebenarnya diadopsi dari model
The Theory of Reasoned Action (I'RA), yaitu teori tindakan yang beralasan yang
dikembangkan oleh Fishbe dan Ajzen
( 1975),
dengan
satu
premis
bahwa
reaksi
dan
persepsi
seseorang terhadap sesuatu
hal,
akan
menentukan
sikap
dan
prilaku
orang
tersebut. Teori ini membuat model prilaku seseorang
sebagai suatu fungsi dari tujuan prilaku . Tujuan prilaku di tentukan oleh sikap atas prilaku
tersebut (Sarana,2000).
Dengan demikian dapat di pahami reaksi dan persepsi pengguna TI akan
mempengaruhi sikapnya dalam penerimaan penggunaan TI, yaitu salah satu faktor yang dapat mempengaruhi adalah persepsi pengguna
atas kemanfaatan dan kemudahan penggunaan
TI sebagai suatu tindakan yang beralasan dalam konteks
penggunaa TI, sehingga alasan seseorang
dalam melihat manfaat dan kemudahan penggunaan TI menjadikan tindakan orang tersebut
dapat menerima penggunaan Personal Computer (PC). Model
TAM yang dikembangkan dari teori psikologis menjelaskan prilaku
pengguna komputer, yaitu berlandaskan pada kepercayaan (belief), sikap (attitude), intensitas (intention) dan hubungan
prilaku pengguna (user behavior relationship). Tujuan model ini untuk menjelaskan faktor-faktor utama dari prilaku pengguna
TI tehadap penerimaan penggunaan TI itu sendiri. Model TAM secara lebih terperinci menjelaskan penerimaan TI dengan dimensi- dimensi tertentu yang dapat mempengaruhi dengan mudah diterimanya TI oleh
sipengguna (user).
Model ini menempatkan faktor sikap
dari tiap-tiap prilaku
pengguna dengan dua variabel yaitu kemanfaatan
(usefulness)dan kemudahan penggunaan (ease of use). Secara empiris model ini tel
ah terbukti
memberikan gambaran pada
aspek prilaku
pengguna PC, dimana banyak pengguna PC dapat dengan mudah menerima TI karena sesuai dengan apa yang diinginkannya (Iqbaria,et.al,1997).
Kedua variabel model
TAM
yaitu
kemanfaataan (usefulness) dan kemudahan penggunaan (ease of use) dapat menjelaskan aspek keprilakuan penggu~a (Davis.et.al,1989 dalam
Iqbaria.et.al, 1997). Kesimpulannya adalah Model TAM dapat menjelaskan bahwa
persepsi pengguna akan menentukan sikapnya dalam penerimaan penggunaan TL Model im
secara
lebih jelas menggambarkan bahwa penerimaan penggunaan TI dipengaruhi oleh kemanfaatan (usefulness) dan kemudahan penggunaan (ease
of use). Keduanya memiliki determinan yang tinggi dan validitas yang sudah teruji secara empiris (Chau,1996; Davis,1989; dalam Jantan, 2001).
Model TAM yang dikembangkan oleh Davis.F.D (1989) juga mendapat
perluasan dari para peneliti seperti Iqbaria (19.94;1997); Ferguson (1991) dan Chin and Todd (1995). Chin and Todd (1995) membagi dua faktor pada variabel kemanfaatan yaitu; (I) kemanfaatan dan ,(2) efektifitas dengan masing-masing dimensinya sendiri. Ferguson· (1991) menunjukkan hasil penelitian bahwa terdapat indikasi variabel hasil kerja dipengaruhi oleh penggunaan komputermikro dan
sikap
pengguna komputer tersebut dipengaruhi oleh kemanfaatan
(usefulness)
dan
kemudahan (ease of use) penggunaan.
1.5. Konstruk-Konstruk
di TAM
Technology Acceptance Model (TAM) yang pertama dan belum
dimodifikasi menggunakan lima
konstruk utama. Kelima
konstruk tersebut adalah sebagai berikut
a)
Kegunaan persepsian (perceived usefulness)
Kegunaan persepsian (perceived usefulness) didefinisikan sebagai sejauh mana seseorang percaya bahwa menggunakan suatu teknologi akan
meningkatkan kinerja pekerjaannya (“as the extent to which a person believes
that using a
technology
will enhance her or his performance.”) Dengan demikian jika seseorang percaya bahwa sistem informasi berguna maka dia akan menggunakannya.
Penelitian-penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa konstruk kegunaan
persepsian (perceived usefulness) mempengaruhi
secara positif dan signifikan terhadap penggunaan sistem
informasi (misalnya Davis, 1989; Chau, 1996; Igbaria et
al., 1997; Sun, 2003) Penelitian-penelitian
sebelumnya juga menunjukkan
bahwa kegunaan persepsian (perceived
usefulness) merupakan konstruk yang paling banyak signifikan dan penting yang
mempengaruhi sikap (attitude), niat (behavioral intention), dan perilaku
(behavior) di dalam menggunakan teknologi dibandingkan dengan konstruk
lainnya. Sebaliknya, penelitian
Karahna dan Limayem pada
tahun 2000 yang
menggunakan variabel karakteristik
tugas dalam penelitiannya memperoleh hasil bahwa
penentu penggunaan sistem informasi dengan konstruk PU dan PEOU
berbeda untuk tugas-tugas yang berbeda (Jogiyanto, 2008: 126).Davis menggunakan
6 buah
item
untuk membentuk konstruk ini. Keenam item tersebut adalah Work More Quickly, Job Performance,
Increase Productivity, Effectiveness, Makes Job Easier, dan Useful.
b)
Kemudahan
penggunaan
persepsian (perceived ease of use)
Kemudahan penggunaan persepsian (perceived ease of use) didefinisikan sebagai sejauh
mana seseorang percaya bahwa menggunakan
suatu teknologi akan bebas dari usaha (“is the extent to which a person believes that using a
technology
will be free of effort.”) Dapat disimpulkan
bahwa jika seseorang merasa percaya bahwa sistem informasi mudah digunakan maka dia akan
menggunakannya. Penelitian-penelitian
sebelumnya menunjukan bahwa
konstruk kemudahan penggunaan
persepsian (perceived ease of use) mempengaruhi kegunaan persepsian (perceived usefulness),
sikap (attitude), niat (behavioral
intention), dan penggunaan sesungguhnya (behavior). Walaupun pada penelitian Chau dan Hu pada tahun 2002 tentang penggunaan
teknologi telemedicine
oleh dokter-dokter di Hongkong mendapatkan hasil yang sebaliknya (Jogiyanto, 2008: 217).
Seperti halnya pada
konstruk kegunaan persepsian
(perceived usefulness)
Davis menggunakan 6 buah item untuk membentuk konstruk ini. Keenam itemtersebut adalah Easy of Learn, Controllable, Clear & Understandable, Flexible, Easy to Become Skillful, dan Ease to Use.
1.6.Kelebihan dan Kelemahan Model Penerimaan Teknologi
Setiap
teori, model, teknologi
dan
aplikasi memiliki kelebihan dan
kelemahan, MPT juga memiliki
kelebihan dan
kelemahan. Beberapa kelebihan yang diberikan oleh MPT ini adalah:
(1)Banyak model-model penerapan sistem teknologi informasi yang tidak mempertimbangkan faktor psikologis
atau perilaku (behavior) pada model
mereka. MPT mempertimbangkan
faktor psikologis atau
perilaku (behavior) tersebut.
(2) MPT dibangun atas dasar teori yang kuat.
(3) MPT telah banyak digunakan dalam berbeagai penelitian di bidang teknologi.
Hasil menunjukkan sebagian besar dukungan
dan
menyimpulkan bahwa MPT adalah model yang baik dan hasilnya juga konsisten.
(4) MPT adalah model yang parsimoni (parsimonious) yaitu model sederhana tetapi valid.
Selain kelebihan, MPT juga memiliki kelemahan seperti,
(1) MPT belum menjelaskan alasan mengapa pemakai sistem mempunyai
kepercayaan- kepercayaan tersebut.
(2) MPT tidak menjelaskan perilaku pemakai sistem teknologi tidak dikendalikan
dengan
kontrol perilaku yang
membatasi niat perilaku seseorang.
(3) Banyak penelitian menggunakan MPT yang belum tentu mencerminkan
atau mengukur pemakaian sebenarnya.
(4) Penelitian MPT sebaiknya hanya menggunakan
sebuah
sistem informasi, kenyataannya pengguna
sistem dihadapkan pada lebih dari satu sistem informasi.
(5) Banyak penelitian
MPT menggunakan mahasiswa S1
sebagai
subjek
dan
mahasiswa S1 tidak
memproksikan para profesional sebagai
pengguna sistem, yang lebih mampu
mencerminkan lingkungan
kerja yang sesungguhnya.
(6) Penggunakan subjek tunggal
(satu jenis kelompok) memberikan hasil penelitian yang tidak dapat digeneralisasikan lintas organisasi atau kelompok secara umum.
(7) Penelitian
seperti ini umumnya adalah cross sectional, yang
validitas eksternal hasilnya
rendah dan tidak dapat digeneralisasikan lintas waktu.
(8) Penelitian menggunakan MPT hanya menggunakan satu jenis tugas, pada kenyataannya
teknologi yang dipakai untuk menyelesaikan lebih dari satu jenis tugas.
(9) Model penelitian MPT kurang mampu menjelaskan
antar hubungan (causation) variabel di dalam model.
(10) Tidak mempertimbangkan perbedaan kultur.indicator of Personal
Computer Acceptance " , berdasarkan kutipan
dari Davis FD (1989) tersebut dapat dipahami bahwa penggunaan sistem dan frekuensi
pengunaan sistem sebagai indikator penerimaan penggunaan PC, sebab secara logika sederhana dinyatakan
oleh Davis.F.D (1989), bahwa sistem yang diterima
adalah sistem yang digunakan.
2. Model Keberhasilan Sistem Informasi DeLone dan McLean
Model Keberhasilan Sistem Informasi DeLone dan McLean merupakan penting untuk melakukan evaluasi
efektivitas penerapan sistem informasi dan
analisis mengenai
faktor-faktor penyebab keberhasilan maupun kegagalannya sehingga
dapat menjadi pelajaran baik bagi organisasi itu sendiri maupun bagi organisasi- organisasi lain. Evaluasi kinerja sistem informasi mengandung arti evaluasi atas kinerja hardware, software, jaringan komputer, data dan manusia yang terlibat dalam sistem
informasi
dimaksud. Dalam dua dasawarsa terakhir, banyak peneliti telah membahas mengenai evaluasi kinerja sistem informasi. Kriteria-kriteria dan klasifikasi
untuk evaluasi kinerja sistem informasi dan keberhasilannya dalam organisasi telah banyak dirumuskan.
Salah satu model yang populer yang dimaksudkan sebagai kerangka kerja untuk
konseptualisasi
dan operasionalisasi keberhasilan sistem informasi adalah model yang dikembangkan oleh DeLone dan McLean (1992) yang dikenal
dengan Model
Kesuksesan
Sistem Informasi
DeLone dan McLean. Model yang diusulkan oleh DeLone dan McLean
(1992) adalah sebuah model
yang
memfokuskan pada
kesuksesan implementasi di tingkat organisasi yang didasarkan pada proses hubungan kausal dari elemen-elemen
pengukuran keberhasilan sistem informasi yang terdapat dalam model ini. Gambaran awal model ini
adalah sebagaimana Gambar
di
bawah.
Gambar 1 Model Keberhasilan
Sistem Informasi DeLone dan McLean (1992)
Dari gambar diatas,
maka dapat dijelaskan secara singkat bahwa keberhasilan sistem informasi ditunjukkan dengan enam dimensi, yakni: kualitas
sistem (system quality), kualitas
informasi (information quality),kepuasan
pemakai
(user statisfaction), penggunaan (use), dampak individu (individual
impact), dan dampak organisasi
(organizational impact).
Model
yang diusulkan ini merefleksikan ketergantungan dari
kualitas sistem (System Quality) dan kualitas informasi (Information Quality) yang
kemudian secara independen dan bersama-sama mempengaruhi baik elemen penggunaan (Use) dan kepuasan pemakai (User Satisfaction). Besarnya elemen penggunaan
(Use)
dapat mempengaruhi besarnya nilai kepuasan pemakai (User
Satisfaction) secara positif dan negatif. Dan penggunaan (Use) dan kepuasan pemakai (User Satisfaction)
mempengaruhi dampak individual (Individual Impact) dan selanjutnya
mempengaruhi dampak organisasional
(Organizational
Impact).
DeLone dan McLean
kemudian
melakukan
revisi modelnya menjadi Model
Update
Kesuksesan
Sistem Informasi DeLone
dan McLean (2003).
Pada
model
revisi
ini,
DeLone dan McLean menambahkan dimensi
kualitas layanan (service quality) dan menggabungkan dua dimensi: pengaruh individu (individual impact) dan pengaruh organisasi (organizational impact) menjadi dimensi
keuntungan bersih (net benefit) sehingga menjadi model sebagaimana Gambar 2 di
bawah ini.
Keenam elemen faktor atau komponen dalam pengukuran dari model ini adalah
sebagai
berikut:
1)
System Quality dapat mengukur karakteristik dalam PMB
online seperti kemudahan
untuk digunakan, keandalan sistem, kecepatan akses, fleksibelitas
sistem, serta
keamanan.
2)
Information
Quality mengukur kualitas keluaran dari sistem informasi. Kualitas informasi yang dihasilkan
harus relevan, lengkap, dan mudah
dimengerti.
3) Service Quality awalnya digunakan dalam penelitian pemasaran (marketing), dalam
teori service quality dari hasil riset pustaka
[2] dan
web
quality hasil riset [3] dan [6].
4)
Use meliputi keseluruhan sistem pencarian
informasi serta interaksi melalui navigasi dalam website.
5) User Satisfaction meliputi cara
mencari informasi
6) Net Benefits merupakan
penggabungan dampak individual (individual impact).
2.1. Populasi dan
Teknik Sampling
Teknik sampling
dalam pengambilan sampel ini mengunanakan teknik
sampling nonprobability sampling. Teknik nonprobability sampling artinya dalam
setiap elemen dari
populasi tidak memiliki kesempatan yang sama untuk
dipilih sebagai sampel pada daftar pustaka [3]. Teknik nonprobability sampling yang digunakan dalam penelitian ini adalah
judgement sampling, yaitu pemilihan sampel yang sesuai dengan beberapa kriteria yang
telah
ditentukan oleh peneliti,
yaitu:
1) Pengguna salah satu website yang diamati, yaitu website PMB Universitas Kristen
Duta Wacana Yogyakarta.
2) Pengguna
berdomisili di Yogyakarta.
3) Berusia 17 tahun ke
atas.
Pengguna melakukan pendaftaran online dan menilai dari sisi kesuksesan sistem
informasi menggunakan model Delone
dan Mclean. Informasi tentang input data pemakai PMB
online melalui sistem, informasi dan
layanan.
2.2. Validasi Model Melalui Pengujian Empiris
Setelah
dipublikasikan pada
tahun
1992,
model
DeLone dan
McLean
kemudian mendapat perhatian dari
para peneliti untuk melakukan validasi model melalui pengujian
empiris. DeLone dan McLean (2003)
mengidentifikasi 16 penelitian empiris dari berbagai negara yang menggunakan constructs
keberhasilan multi dimensi dan mengukur keterkaitan antara constructs
keberhasilan berdasarkan model awal yang dipublikasikan
tahun 1992. Hasil penelitian-penelitian ini menunjukan dukungan
yang kuat atas model keterkaitan antar dimensi keberhasilan sistem informasi yang diajukan
dan
membantu mengkonfirmasi struktur sebab-akibat dalam model dimaksud. Dalam konteks Indonesia, penelitian-penelitian juga
dilakukan
untuk menguji validitas model ini,
antara
lain
Budiyanto (2009) yang menggunakan model DeLone dan McLean versi awal (1992)
untuk melakukan evaluasi kesuksesan implementasi billing system di
RSUD Kabupaten
Sragen serta Falgenti dan Pahlevi (2013) yang melakukan evaluasi keberhasilan sistem
informasi ERP pada
usaha kecil dan menengah dengan menggunakan Model Update
Kesuksesan Sistem
Informasi DeLone
and McLean (2003).
KESIMPULAN
Paper
ini membahas tentang tentang Technology Acceptance Model (Tam),
dan Model Keberhasilan Sistem Informasi DeLone dan McLean. Technology Acceptance Model (Tam) merupakan Model penerimaan teknologi (Technology
Acceptance Model atau TAM)
merupakan suatu
model penerimaan sistem teknologi informasi
yang akan digunakan
oleh pemakai. TAM dikembangkan oleh
Davis et al. berdasarkan model TRA. TAM menambahkan dua konstruk utama ke dalam model TRA. Dua
konstruk utama ini adalah
kegunaan persepsian (perceived usefulness) dan kemudahan penggunaan persepsian
(perceived ease of use) (Davis
et al, 1989:320).
Sedangkan model Keberhasilan Sistem Informasi DeLone dan McLean merupakan penting untuk melakukan evaluasi
efektivitas penerapan sistem informasi dan
analisis mengenai
faktor-faktor penyebab keberhasilan maupun kegagalannya sehingga
dapat menjadi pelajaran baik bagi organisasi itu sendiri maupun bagi organisasi- organisasi lain. Evaluasi kinerja sistem informasi mengandung arti evaluasi atas kinerja hardware, software, jaringan komputer, data dan manusia yang terlibat dalam sistem
informasi
dimaksud.
DAFTAR PUSTAKA
Bayu. T. 2015. “ Dimensi Keberhasilan Penerapan
Sistem Informasi Berdasarkan Model Delone dan Mclean”. Artikel. Institut Pertanian Bogor.
Azizul. K. 2002.” Analisis Penerimaan (Acceptance)
Penggunaanpersonal Computer (Pc) Dengan Technology Acceptance Model (Tam) ( Studi Kasus Pada Perusahaan
Perdagangan Kecil Di Kota Medan)”.
Tesis. Program Studi Magister Sains Akuntansi
Program Pascasarjana Universitas Diponegoro Semarang.
Lisa. 2015. “analisis faktor-faktor penerimaan penggunaan quipperschool.com dengan menggunakan pendekatan
technology acceptance model (tam) dan theory of
planned behavior (tpb) di sma
negeri 7 yogyakarta”.
Skripsi. Universitas Negeri
Yogyakarta.
Melisa.T.A. 2015. “Model Penerimaan Teknologi (Technologi Acceptance Model)”. Karya Ilmiah. Fakultas Ekonomi Universitas Hkbp Nommensen
Medan.
Nurhasan. N. 2015. “Analisis Penerimaan
Mahasiswa Baru Online Universitas Kristen Duta Wacana Menggunakan Model
Kesuksesan Sistem Informasi Delone dan Mclean (D&M)”. Skripsi. STIE Bina Bangsa Banten.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar