Sharing Materi Perkuliahan Sarjana dan Pascasarjana yang ditulis secara pribadi atas tugas kuliah: Mengenai materi Akuntansi, Ekonomi, Sistem Informasi, Teknik Informatika, Informasi Teknologi dan Pengetahuan Umum

Jumat, 08 Mei 2015

SIFAT-SIFAT IDEAL KEPEMIMPINAN ISLAM



By : Briyan Efflin Syahputra

A.    Pengertian Pemimpin dan Kepemimpinan
1.      Pengertian Pemimpin
Pemimpin adalah seorang pribadi yang memiliki kecakapan dan kelebihan, khususnya kecakapan/ kelebihan di satu bidang sehingga dia mampu mempengaruhi orang-orang lain untuk bersama-sama melakukan aktivitas-aktivitas tertentu demi pencapaian satu atau beberapa tujuan.
Berikut pengertian pemimpin menurut beberapa para ahli
a.       Rosalynn Carter
“Seorang pemimpin biasa membawa orang lain ke tempat yang ingin mereka tuju”. Seorang pemimpin yang luar biasa membawa para pendukung ke tempat yang mungkin tidak ingin mereka tuju, tetapi yang harus mereka tuju.
b.      C.N. Cooley dalam “ The Man Nature and the Social Order’
Pemimpin itu selalu merupakan titik pusat dari suatu kecenderungan, dan sebaliknya, semua gerakan sosial, kalau diamat-amati secara cermat, akan ditemukan didalamnya kecenderungan-kecenderungan yang mempunyai titik pusat.

c.       Jim Collin
Mendefinisikan pemimpin memiliki beberapa tingkatan, terendah adalah pemimipin yang andal, kemudian pemimpin yang menjadi bagian dalam tim, lalu pemimpin yang memiliki visi, tingkat yang paling tinggi adalah pemimpin yang bekerja bukan berdasarkan ego pribadi, tetapi untuk kebaikan organisasi dan bawahannya.
d.      Sam Walton
Pemimpin besar akan berusaha menanamkan rasa percaya diri pada para pendukung. Jika orang memiliki percaya diri tinggi, maka kita akan terkejut pada hasil luar biasa yang akan mereka raih.

Berikut Pengertian Pemimpin dalam perspektif islam
Dalam Islam pemimpin disebut dengan Khalifah. Khalifah (Ar.: Khaliifah adalah wakil,  pengganti atau duta). Sedangkan secara istilah Khaliifah adalah orang yang bertugas menegakkan syariat Allah SWT, memimpin kaum muslimin untuk menyempurnakan penyebaran syariat Islam dan memberlakukan kepada seluruh kaum muslimin secara wajib, sebagai pengganti kepemimpinan Rasulullah SAW .
Dari pengertian diatas jelas bahwa pemimpin menurut pandangan Islam tidak hanya menjalankan roda pemerintahan begitu saja namun seorang pemimpin harus mewajibkan kepada rakyatnya untuk melaksanakan apa saja yang terdapat dalam syariat Islam walaupun bukan beragama Islam. Serta mempengaruhi rakyatnya untuk selalu mengikuti apa yang menjadi arahan dari seorang pemempin.
2.      Pengertian Kepemimpinan
Kepemimpinan diartikan sebagai kemampuan seseorang sehingga ia memperoleh rasa hormat (respect), pengakuan (recognition), kepercayaan (trust), ketaatan (obedience), dan kesetiaan (loyalty) untuk memimpin kelompoknya dalam kehidupan bersama menuju cita-cita.
Berikut definisi beberapa para ahli mengenai kepemimpinan islam
a.       Georger R. Terry, kepemimpinan adalah kegiatan mempengaruhi orang-orang untuk bersedia berusaha mencapai tujuan bersama.
b.      Ott [1996], kepemimpinan dapat didefinisikan sebagai proses hubungan antar pribadi yang di dalamnya seseorang mempengaruhi sikap, kepercayaan, dan khususnya perilaku orang lain. 
c.       Wexley & Yuki [1977], kepemimpinan mengandung arti mempengaruhi orang lain untuk lebih berusaha mengarahkan tenaga, dalam tugasnya atau merubah tingkah laku mereka.
d.      Koontz & O’donnel, mendefinisikan kepemimpinan sebagai proses mempengaruhi sekelompok orang sehingga mau bekerja dengan sungguh-sungguh untuk meraih tujuan kelompoknya. 
e.       Locke et.al. [1991], mendefinisikan kepemimpinan merupakan proses membujuk orang lain untuk mengambil langkah menuju suatu sasaran bersama Dari kelima definisi ini, para ahli ada yang meninjau dari sudut pandang dari pola hubungan, kemampuan mengkoordinasi, memotivasi, kemampuan mengajak, membujuk dan mempengaruhi orang lain.
f.       Fiedler [1967], kepemimpinan pada dasarnya merupakan pola hubungan antara individu-individu yang menggunakan wewenang dan pengaruhnya terhadap kelompok orang agar bekerja bersama-sama untuk mencapai tujuan 
g.      Davis [1977], mendefinisikan kepemimpinan adalah kemampuan untuk mengajak orang lain mencapai tujuan yang sudah ditentukan dengan penuh semangat.
Dari definisi-definisi di atas, paling tidak dapat ditarik kesimpulan yang sama, yaitu masalah kepemimpinan adalah masalah sosial yang di dalamnya terjadi interaksi antara pihak yang memimpin dengan pihak yang dipimpin untuk mencapai tujuan bersama, baik dengan cara mempengaruhi, membujuk, memotivasi dan mengkoordinasi. Dari sini dapat dipahami bahwa tugas utama seorang pemimpin dalam menjalankan kepemimpinannya tidak hanya terbatas pada kemampuannya dalam melaksanakan program-program saja, tetapi lebih dari itu yaitu pemimpin harus mempu melibatkan seluruh lapisan organisasinya, anggotanya atau masyarakatnya untuk ikut berperan aktif sehingga mereka mampu memberikan kontribusi yang positif dalam usaha mencapai tujuan.
B.     Arti Kepemimpinan Islam
Imamah atau kepemimpinan Islam adalah konsep yang tercantum dalam al-Qur’an dan as-Sunnah, yang meliputi kehidupan manusia dari pribadi, berdua, keluarga bahkan sampai umat manusia atau kelompok. Konsep ini mencakup baik cara-cara memimpin maupun dipimpin demi terlaksananya ajaran Islam untuk menjamin kehidupan yang lebih baik di dunia dan akhirat sebagai tujuannya.
Kepemimpinan Islam, sudah merupakan fitrah bagian setiap manusia yang sekaligus memotivasi kepemimpinan yang Islami. Manusia di amanahi Allah untuk menjadi khalifah Allah (wakil Allah) di muka bumi : Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat: "Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi." mereka berkata: "Mengapa Engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah, padahal kami senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan mensucikan Engkau?" Tuhan berfirman: "Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui." [Q.S.al-Baqarah:30],
Kholifah bertugas merealisasikan misi sucinya sebagai pembawa rahmat bagi alam semesta. Sekaligus sebagai abdullah [hamba Allah] yang senantiasa patuh dan terpanggil untuk mengabdikan segenap dedikasinya di jalan Allah. Sabda Rasulullah :
“Setiap kamu adalah pemimpim dan tiap-tiap pemimpin dimintai pertanggungjawabannya [responsibelitiy-nya]”. Manusia yang diberi amanah dapat memelihara amanah tersebut dan Allah telah melengkapi manusia dengan kemampuan konsepsional atau potensi [fitrah] :
Dan dia mengajarkan kepada Adam nama-nama (benda-benda) seluruhnya, Kemudian mengemukakannya kepada para malaikat lalu berfirman: "Sebutkanlah kepada-Ku nama benda-benda itu jika kamu mamang benar orang-orang yang benar!" [Q.S.al-Baqarah:31], serta kehendak bebas untuk menggunakan dan memaksimal potensi yang dimilikinya.
Konsep amanah yang diberikan kepada manusia sebagai khalifal fil ardli menempati posisi senteral dalam kepemimpinan Islam. Logislah bila konsep amanah kekhalifahan yang diberikan kepada manusia menuntut terjalinannya hubungan atau interaksi yang sebaik-baiknya antara manusia dengan pemberi amanah [Allah], yaitu: [1] mengerjakan semua perintah Allah, [2] menjauhi semua larangan-Nya, [3] ridha [ikhlas] menerima semua hukum-hukum atau ketentuan-Nya. Selain hubungan dengan pemberi amanah [Allah], juga membangun hubungan baik dengan sesama manusia serta lingkungan yang diamanahkan kepadanya [Q.S.Ali Imran:112]. Tuntutannya, diperlukan kemampuan memimpin atau mengatur hubungan vertical manusia dengan Sang Pemberi [Allah] amanah dan interaksi horizontal dengan sesamanya.
Jika kita memperhatikan teori-teori tentang fungsi dan peran seorang pemimpin yang digagas dan dilontarkan oleh pemikir-pemikir dari dunia Barat, maka kita akan hanya menemukan bahwa aspek kepemimpinan itu sebagai sebuah konsep interaksi, relasi, proses otoritas maupun kegiatan mempengaruhi, mengarahkan dan mengkoordinasi secara horizontal semata.
Konsep Islam, kepemimpinan sebagai sebuah konsep interaksi, relasi, proses otoritas, kegiatan mempengaruhi, mengarahkan dan mengkoordinasi baik secara horizontal maupun vertikal. Kemudian, dalam teori-teori manajemen, fungsi pemimpin sebagai perencana dan pengambil keputusan [planning and decision maker], pengorganisasian [organization], kepemimpinan dan motivasi [leading and motivation], pengawasan [controlling] dan lain-lain.
Uraian di atas, dapat ditegaskan bahwa, kepemimpinan Islam adalah suatu proses atau kemampuan orang lain untuk mengarahkan dan memotivasi tingkah laku orang lain, serta ada usaha kerja sama sesuai dengan al-Qur’an dan Hadis untuk mencapai tujuan yang diinginkan bersama.

C.    Sifat Ideal Pemimpin
Sifat ideal pemimpin dalam perspektif Barat
a.       Memiliki Kemampuan dan membujuk orang lain ( Edwin A Locke)
b.      Memiliki kemampuan majerial yang baik karena kepemimpinan itu sebagai sebuah proses yang lebih dari sekedar menduduki jabatan formal 9pbservasi John Gardner)
c.       Memiliki konsep relasi dimana pemimpin yang efektif harus mampu menjadi sumber inspirasi bagi orang-orang yang dipimpinya
d.      Memiliki visi yang jelas serta menerjemahkan visi tersebut sebagai visi tersebut tersebut mejadi misi yang dilaksanakan oleh bawahannya
e.       Memiliki sikap yang optimis dalam mengemban amanah organisasi
f.       Memiliki intrait  approach (pendekatan watak) yang mencolok sebagai hasil dari proses latihan dan pendekatan situasional atau perilaku yang tersimak bukan pada pembawaan yang hipotetikal
Sifat Ideal dalam perspektif islam
a.       Harus mampu memimpin dan mengendalikan dirinya sendiri sebelum memimpin orang lain
b.      Memiliki kemampuan manajerial yang baik karena seorang pemimpin itu harus dipilih dari orang-orang dengan kualitas yang terbaik
c.       Memiliki konsep relasi yang baik karena seorang pemimpin harus mampu menjembatani berbagai perbedaan yang ada ditengah-tengah masyarakatnya
d.      Visinya adalah Al-Quran, misinya adalah menegakan agama islam
e.       Memiliki sikap yang tawadhu’ dan mawas diri dalam mengemban amanah Allah, karena pada prinsipnya kepimimpinan itu bukan saja harus dipertanggunjawabkan didepan lembaga formal tapi yang lebih penting lagi di hadapan Allah swt
f.       Memiliki sifat siddiq (benar), Amanah (terpercaya), Tabligh (Menyampaikan apa adanya), Fathonah (Pandai) serta menyadari sepenuhnya bahwa Allah memberikan kemampuan yang berbeda-beda bagi setiap orang (Q.S Al-Jumlah :4) serta menerimanya dengan rasa syukur dan ikhlas.
Dari perbedaan diatas dapat disimpulkan bahwa beberapa hal yang menjadi perbedaan mendasar antara islam dan barat dalam meletakan landasan moral idealitas seorang pemimpin itu :
a.       Pendekatan yang digunakan oleh barat adalah pendekatan eksternalk atau dengan kata lain seorang pemimpin diletakkan sebagai mahluk sosial yang selalu berinteraksi dengan komunitasnya, sementara islam menggunakan pendekatan internal yang berarti bahwa pribadi seorang pemimpin itu merupakan cerminan dari keberhasilannya memimpin, yang harus dimulai dari belajar dari memimpin dirinya sendiri sebelum memimpin orang lain.
b.      Sifat ideal yang dimiliki oleh seorang pemimpin dalam perspektif barat adalah hasil dari dari proses latihan murni tanpa ada faktor lainnya didalamnya, sementara islam meyakini bahwa sifat-sifat tertentu seorang merupakan karakter khas yang dimilikinya sebagai karunia Allah dan antara setiap orang memiliki kelebihan yang belum tentu dimiliki orang lain. Sementara itu islam memandang bahwa seorang pemimpin itu harus memiliki sifat-sifat wajib yang dimiliki oleh Rasullulah Muhammad saw yang berintikan pada kebenaran, kejujuran, dan kemampuan intelegensi yang memadai
c.       Yang terpenting dari semua itu adalah islam memandang bahwa kepimimpinan itu adalah sebuah amanah yang diembankan oleh Allah swt ke pundak manusia, sehingga kepemimpinan tersebut akan diminta pertanggungjawabannya oleh Allah. Untuk itu seorang harus memiliki rasa takut kepada Allah sebagai kontrol sempurna bagi kepemimpinannya. Sementara itu dalam perspektif barat mencukupkan masalah amanah kepemimpinan itu sebagai tanggung jawab legal formal saja dengan parameter materi.
Dari uraian kesimpulan ini, dapat dapat dipersempit lagi perbedaan yang paling subtansial antara kepimimpinan dalam perspektif islam dan perspektif barat yaitu jika perspetif islam memandang sifat ideal seorang pemimpin itu sebagai sebuah proses yang mengandung unsur-unsur materi dan religi sekaligus yang meliputi seluruh aspeknya secara kompleks, sedangkan perspektif barang memandang sifat ideal memandang sifat ideal seorang pemimpin itu adalah sebuah proses yang tersimak dengan parameter juga bersifat materi dan dapat diukur.
D.    Karateristik Pemimpin Umat Masa Depan
Masa depan adalah masa yang sangat kompleks sebagai sunatullah dengan bertambahnya usia zaman dan jaumlah penduduk, maka akan bertambah juga problematika yag terjadi ditengah-tengah umat. Lebih-lebih jika kita amati proses degradasi moral yang sedang berlangsung pada saat ini, tentunya tugas dari seorang pemimpin-pemimpin umat masa depan adalah teramat berat.
Dengan mempelajari sejarah panjang kepemimpinan yang pernah hadir didalam pentas sejarah dunia islam, maka calon-calon pemimpin yang dipersiapkan sebagai pemimpin umat masa depan harus memiliki beberapa karajter berikut sebagai modal dasar bagi kepemimpinannya walaupun tentunya belum bias mewakili kompleksitas yang akan terjadi. Adapun karateristik pemimpin untuk masa depan itu adalah :
a.       Memiliki aqidah islamiah yang mantab
Seorang pemimpin harus menampilkan kepribadian yang kokok dan tidak mudah terombang-ambing oleh berbagai arus pemikiran.  Dia harus mampu menjadi benteng sekaligus pengayom, bagi umatnya dan kemantapan aqidah adalah indikator utama yang akan mempengaruhi indikator-indikator lainnya.
b.      Tasamuh (Toleran)
Sikap tasamuh ini dibutuhkan untuk mengantisipasi sikap talashub (fanatik) yang pernah menjangkiti umat islam di masa-masa awal kehandirannya akibat perasaan sukuisme yang sangat kental dari orang-orang saat itu. Kepemimpinan islam masa depan harus mampu menanamkan sikap tasamuh dengan memberikan contoh yang baik terlebih dahulu untuk menyatukan perbedaan sekaligus mengikis perasaan sektarinisme yang sudah menjadi kultur
c.       Memiliki landasan kerjasama dan solidaritas
Kerjasama ini harus diletakan pada kerangka yang luas baik itu dalam bentuk talawun islamy (kerjasama umat islam) maupun talawun insany (Kerjasama antar umat manusia) dan hal ini merupakan karakter kepemimpinan yang harus dimiliki oleh pemimpin masa depan mengingat kompleksitas strafikasi sosial berikut berbagai problematika yang akan mengikutinya.
d.      Mampu menghilangkan kultur organisasi
Organisasi suku, masa, sosial politik dan lain-lain hanya akan menambah deretan persoalan sekaligus memperlebar jurang perbedaan. Untuk itu budaya kultus organisasi harus dihapuskan, dan seorang pemimpin masa depan harus memiliki visi kedepan yang baik untuk membentuk ummatan wahidah (umat yang satu)
e.       Terbuka
Pemimpin masa depan haruslah terbuka terhadap dinamika internal umatnya, kritik yang konstrutif dan demokrat karena seorang pemimpin  yang berwawasan sempit lambat laun akan menjelma menjadi diktator karena tidak ada kontrol yang menjadi penyeimbang terhadap berbagai kebijakan yang dikeluarkannya.
f.       Bebas dari penyakit “Jahid” dan “Jamid”

Penyakit Jahid (reaksioner) dan Jamid (beku pikiran) merupakan penyebab runtuhnya Daulah islamiyah dimasa lal. Untuk itu seorang pemimpin yang akan bersinggungan langsung dengan era post modernialisme harus benar-benar arif dalam menyikapi berbagai perkembangan yang terjadi. Menyikapi segala sesuatu dengan sikap justru akan merugikan kedudukan seorang pemimpin karena yang terlihat bukanlah sikap mengayomi melainkan justru sikap partisan yang tidak layak dikedepankan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar