By : Briyan Efflin Syahputra
A.
Pengertian
Pemimpin dan Kepemimpinan
1. Pengertian
Pemimpin
Pemimpin adalah seorang pribadi yang memiliki
kecakapan dan kelebihan, khususnya kecakapan/ kelebihan di satu bidang sehingga
dia mampu mempengaruhi orang-orang lain untuk bersama-sama melakukan
aktivitas-aktivitas tertentu demi pencapaian satu atau beberapa tujuan.
Berikut pengertian
pemimpin menurut beberapa para ahli
a. Rosalynn Carter
“Seorang pemimpin biasa membawa orang lain ke tempat yang
ingin mereka tuju”. Seorang pemimpin yang luar biasa membawa para pendukung ke
tempat yang mungkin tidak ingin mereka tuju, tetapi yang harus mereka tuju.
b. C.N. Cooley dalam “ The Man Nature
and the Social Order’
Pemimpin itu selalu merupakan titik pusat dari suatu
kecenderungan, dan sebaliknya, semua gerakan sosial, kalau diamat-amati secara
cermat, akan ditemukan didalamnya kecenderungan-kecenderungan yang mempunyai
titik pusat.
c. Jim Collin
Mendefinisikan pemimpin memiliki beberapa tingkatan, terendah
adalah pemimipin yang andal, kemudian pemimpin yang menjadi bagian dalam tim,
lalu pemimpin yang memiliki visi, tingkat yang paling tinggi adalah pemimpin
yang bekerja bukan berdasarkan ego pribadi, tetapi untuk kebaikan organisasi
dan bawahannya.
d. Sam Walton
Pemimpin besar akan berusaha menanamkan rasa percaya diri
pada para pendukung. Jika orang memiliki percaya diri tinggi, maka kita akan
terkejut pada hasil luar biasa yang akan mereka raih.
Berikut
Pengertian Pemimpin dalam perspektif islam
Dalam Islam
pemimpin disebut dengan Khalifah. Khalifah (Ar.: Khaliifah adalah wakil, pengganti atau duta). Sedangkan secara istilah
Khaliifah adalah orang yang bertugas menegakkan syariat Allah SWT, memimpin
kaum muslimin untuk menyempurnakan penyebaran syariat Islam dan memberlakukan
kepada seluruh kaum muslimin secara wajib, sebagai pengganti kepemimpinan
Rasulullah SAW .
Dari
pengertian diatas jelas bahwa pemimpin menurut pandangan Islam tidak hanya
menjalankan roda pemerintahan begitu saja namun seorang pemimpin harus
mewajibkan kepada rakyatnya untuk melaksanakan apa saja yang terdapat dalam
syariat Islam walaupun bukan beragama Islam. Serta mempengaruhi rakyatnya untuk
selalu mengikuti apa yang menjadi arahan dari seorang pemempin.
2. Pengertian
Kepemimpinan
Kepemimpinan diartikan sebagai kemampuan seseorang sehingga
ia memperoleh rasa hormat (respect), pengakuan (recognition), kepercayaan
(trust), ketaatan (obedience), dan kesetiaan (loyalty) untuk memimpin
kelompoknya dalam kehidupan bersama menuju cita-cita.
Berikut
definisi beberapa para ahli mengenai kepemimpinan islam
a. Georger R. Terry, kepemimpinan adalah kegiatan mempengaruhi
orang-orang untuk bersedia berusaha mencapai tujuan bersama.
b. Ott [1996], kepemimpinan dapat didefinisikan
sebagai proses hubungan antar pribadi yang di dalamnya seseorang mempengaruhi
sikap, kepercayaan, dan khususnya perilaku orang lain.
c. Wexley & Yuki [1977], kepemimpinan mengandung
arti mempengaruhi orang lain untuk lebih berusaha mengarahkan tenaga, dalam
tugasnya atau merubah tingkah laku mereka.
d.
Koontz
& O’donnel, mendefinisikan kepemimpinan sebagai proses mempengaruhi
sekelompok orang sehingga mau bekerja dengan sungguh-sungguh untuk meraih
tujuan kelompoknya.
e. Locke et.al. [1991], mendefinisikan kepemimpinan
merupakan proses membujuk orang lain untuk mengambil langkah menuju suatu
sasaran bersama Dari kelima definisi ini, para ahli ada yang meninjau dari
sudut pandang dari pola hubungan, kemampuan mengkoordinasi, memotivasi,
kemampuan mengajak, membujuk dan mempengaruhi orang lain.
f.
Fiedler
[1967], kepemimpinan pada dasarnya merupakan pola hubungan antara
individu-individu yang menggunakan wewenang dan pengaruhnya terhadap kelompok
orang agar bekerja bersama-sama untuk mencapai tujuan
g.
Davis
[1977], mendefinisikan kepemimpinan adalah kemampuan untuk mengajak orang lain
mencapai tujuan yang sudah ditentukan dengan penuh semangat.
Dari definisi-definisi di atas, paling
tidak dapat ditarik kesimpulan yang sama, yaitu masalah kepemimpinan adalah
masalah sosial yang di dalamnya terjadi interaksi antara pihak yang memimpin
dengan pihak yang dipimpin untuk mencapai tujuan bersama, baik dengan cara
mempengaruhi, membujuk, memotivasi dan mengkoordinasi. Dari sini dapat dipahami
bahwa tugas utama seorang pemimpin dalam menjalankan kepemimpinannya tidak
hanya terbatas pada kemampuannya dalam melaksanakan program-program saja,
tetapi lebih dari itu yaitu pemimpin harus mempu melibatkan seluruh lapisan
organisasinya, anggotanya atau masyarakatnya untuk ikut berperan aktif sehingga
mereka mampu memberikan kontribusi yang positif dalam usaha mencapai tujuan.
B.
Arti
Kepemimpinan Islam
Imamah
atau kepemimpinan Islam adalah konsep yang tercantum dalam al-Qur’an dan
as-Sunnah, yang meliputi kehidupan manusia dari pribadi, berdua, keluarga
bahkan sampai umat manusia atau kelompok. Konsep ini mencakup baik cara-cara
memimpin maupun dipimpin demi terlaksananya ajaran Islam untuk menjamin
kehidupan yang lebih baik di dunia dan akhirat sebagai tujuannya.
Kepemimpinan
Islam, sudah merupakan fitrah bagian setiap manusia yang sekaligus memotivasi
kepemimpinan yang Islami. Manusia di amanahi Allah untuk menjadi khalifah Allah
(wakil Allah) di muka bumi : Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para
malaikat: "Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka
bumi." mereka berkata: "Mengapa Engkau hendak menjadikan (khalifah)
di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah,
padahal kami senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan mensucikan
Engkau?" Tuhan berfirman: "Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak
kamu ketahui." [Q.S.al-Baqarah:30],
Kholifah
bertugas merealisasikan misi sucinya sebagai pembawa rahmat bagi alam semesta.
Sekaligus sebagai abdullah [hamba Allah] yang senantiasa patuh dan terpanggil
untuk mengabdikan segenap dedikasinya di jalan Allah. Sabda Rasulullah :
“Setiap kamu adalah pemimpim dan tiap-tiap pemimpin dimintai pertanggungjawabannya [responsibelitiy-nya]”. Manusia yang diberi amanah dapat memelihara amanah tersebut dan Allah telah melengkapi manusia dengan kemampuan konsepsional atau potensi [fitrah] :
Dan dia mengajarkan kepada Adam nama-nama (benda-benda) seluruhnya, Kemudian mengemukakannya kepada para malaikat lalu berfirman: "Sebutkanlah kepada-Ku nama benda-benda itu jika kamu mamang benar orang-orang yang benar!" [Q.S.al-Baqarah:31], serta kehendak bebas untuk menggunakan dan memaksimal potensi yang dimilikinya.
“Setiap kamu adalah pemimpim dan tiap-tiap pemimpin dimintai pertanggungjawabannya [responsibelitiy-nya]”. Manusia yang diberi amanah dapat memelihara amanah tersebut dan Allah telah melengkapi manusia dengan kemampuan konsepsional atau potensi [fitrah] :
Dan dia mengajarkan kepada Adam nama-nama (benda-benda) seluruhnya, Kemudian mengemukakannya kepada para malaikat lalu berfirman: "Sebutkanlah kepada-Ku nama benda-benda itu jika kamu mamang benar orang-orang yang benar!" [Q.S.al-Baqarah:31], serta kehendak bebas untuk menggunakan dan memaksimal potensi yang dimilikinya.
Konsep
amanah yang diberikan kepada manusia sebagai khalifal fil ardli menempati
posisi senteral dalam kepemimpinan Islam. Logislah bila konsep amanah
kekhalifahan yang diberikan kepada manusia menuntut terjalinannya hubungan atau
interaksi yang sebaik-baiknya antara manusia dengan pemberi amanah [Allah],
yaitu: [1] mengerjakan semua perintah Allah, [2] menjauhi semua larangan-Nya,
[3] ridha [ikhlas] menerima semua hukum-hukum atau ketentuan-Nya. Selain
hubungan dengan pemberi amanah [Allah], juga membangun hubungan baik dengan
sesama manusia serta lingkungan yang diamanahkan kepadanya [Q.S.Ali Imran:112].
Tuntutannya, diperlukan kemampuan memimpin atau mengatur hubungan vertical
manusia dengan Sang Pemberi [Allah] amanah dan interaksi horizontal dengan
sesamanya.
Jika
kita memperhatikan teori-teori tentang fungsi dan peran seorang pemimpin yang
digagas dan dilontarkan oleh pemikir-pemikir dari dunia Barat, maka kita akan
hanya menemukan bahwa aspek kepemimpinan itu sebagai sebuah konsep interaksi,
relasi, proses otoritas maupun kegiatan mempengaruhi, mengarahkan dan
mengkoordinasi secara horizontal semata.
Konsep
Islam, kepemimpinan sebagai sebuah konsep interaksi, relasi, proses otoritas,
kegiatan mempengaruhi, mengarahkan dan mengkoordinasi baik secara horizontal
maupun vertikal. Kemudian, dalam teori-teori manajemen, fungsi pemimpin sebagai
perencana dan pengambil keputusan [planning and decision maker],
pengorganisasian [organization], kepemimpinan dan motivasi [leading and
motivation], pengawasan [controlling] dan lain-lain.
Uraian
di atas, dapat ditegaskan bahwa, kepemimpinan Islam adalah suatu proses atau
kemampuan orang lain untuk mengarahkan dan memotivasi tingkah laku orang lain,
serta ada usaha kerja sama sesuai dengan al-Qur’an dan Hadis untuk mencapai
tujuan yang diinginkan bersama.
C.
Sifat
Ideal Pemimpin
Sifat
ideal pemimpin dalam perspektif Barat
a. Memiliki
Kemampuan dan membujuk orang lain ( Edwin A Locke)
b. Memiliki
kemampuan majerial yang baik karena kepemimpinan itu sebagai sebuah proses yang
lebih dari sekedar menduduki jabatan formal 9pbservasi John Gardner)
c. Memiliki
konsep relasi dimana pemimpin yang efektif harus mampu menjadi sumber inspirasi
bagi orang-orang yang dipimpinya
d. Memiliki
visi yang jelas serta menerjemahkan visi tersebut sebagai visi tersebut
tersebut mejadi misi yang dilaksanakan oleh bawahannya
e. Memiliki
sikap yang optimis dalam mengemban amanah organisasi
f. Memiliki
intrait approach (pendekatan watak) yang
mencolok sebagai hasil dari proses latihan dan pendekatan situasional atau
perilaku yang tersimak bukan pada pembawaan yang hipotetikal
Sifat Ideal dalam perspektif islam
a. Harus
mampu memimpin dan mengendalikan dirinya sendiri sebelum memimpin orang lain
b. Memiliki
kemampuan manajerial yang baik karena seorang pemimpin itu harus dipilih dari
orang-orang dengan kualitas yang terbaik
c. Memiliki
konsep relasi yang baik karena seorang pemimpin harus mampu menjembatani
berbagai perbedaan yang ada ditengah-tengah masyarakatnya
d. Visinya
adalah Al-Quran, misinya adalah menegakan agama islam
e. Memiliki
sikap yang tawadhu’ dan mawas diri dalam mengemban amanah Allah, karena pada
prinsipnya kepimimpinan itu bukan saja harus dipertanggunjawabkan didepan
lembaga formal tapi yang lebih penting lagi di hadapan Allah swt
f. Memiliki
sifat siddiq (benar), Amanah (terpercaya), Tabligh (Menyampaikan apa adanya),
Fathonah (Pandai) serta menyadari sepenuhnya bahwa Allah memberikan kemampuan
yang berbeda-beda bagi setiap orang (Q.S Al-Jumlah :4) serta menerimanya dengan
rasa syukur dan ikhlas.
Dari perbedaan diatas dapat disimpulkan
bahwa beberapa hal yang menjadi perbedaan mendasar antara islam dan barat dalam
meletakan landasan moral idealitas seorang pemimpin itu :
a. Pendekatan
yang digunakan oleh barat adalah pendekatan eksternalk atau dengan kata lain
seorang pemimpin diletakkan sebagai mahluk sosial yang selalu berinteraksi
dengan komunitasnya, sementara islam menggunakan pendekatan internal yang
berarti bahwa pribadi seorang pemimpin itu merupakan cerminan dari
keberhasilannya memimpin, yang harus dimulai dari belajar dari memimpin dirinya
sendiri sebelum memimpin orang lain.
b. Sifat
ideal yang dimiliki oleh seorang pemimpin dalam perspektif barat adalah hasil
dari dari proses latihan murni tanpa ada faktor lainnya didalamnya, sementara islam
meyakini bahwa sifat-sifat tertentu seorang merupakan karakter khas yang
dimilikinya sebagai karunia Allah dan antara setiap orang memiliki kelebihan
yang belum tentu dimiliki orang lain. Sementara itu islam memandang bahwa
seorang pemimpin itu harus memiliki sifat-sifat wajib yang dimiliki oleh
Rasullulah Muhammad saw yang berintikan pada kebenaran, kejujuran, dan
kemampuan intelegensi yang memadai
c. Yang
terpenting dari semua itu adalah islam memandang bahwa kepimimpinan itu adalah
sebuah amanah yang diembankan oleh Allah swt ke pundak manusia, sehingga
kepemimpinan tersebut akan diminta pertanggungjawabannya oleh Allah. Untuk itu
seorang harus memiliki rasa takut kepada Allah sebagai kontrol sempurna bagi
kepemimpinannya. Sementara itu dalam perspektif barat mencukupkan masalah
amanah kepemimpinan itu sebagai tanggung jawab legal formal saja dengan
parameter materi.
Dari uraian kesimpulan ini, dapat dapat
dipersempit lagi perbedaan yang paling subtansial antara kepimimpinan dalam
perspektif islam dan perspektif barat yaitu jika perspetif islam memandang
sifat ideal seorang pemimpin itu sebagai sebuah proses yang mengandung
unsur-unsur materi dan religi sekaligus yang meliputi seluruh aspeknya secara
kompleks, sedangkan perspektif barang memandang sifat ideal memandang sifat
ideal seorang pemimpin itu adalah sebuah proses yang tersimak dengan parameter
juga bersifat materi dan dapat diukur.
D. Karateristik
Pemimpin Umat Masa Depan
Masa
depan adalah masa yang sangat kompleks sebagai sunatullah dengan bertambahnya
usia zaman dan jaumlah penduduk, maka akan bertambah juga problematika yag
terjadi ditengah-tengah umat. Lebih-lebih jika kita amati proses degradasi
moral yang sedang berlangsung pada saat ini, tentunya tugas dari seorang
pemimpin-pemimpin umat masa depan adalah teramat berat.
Dengan
mempelajari sejarah panjang kepemimpinan yang pernah hadir didalam pentas
sejarah dunia islam, maka calon-calon pemimpin yang dipersiapkan sebagai
pemimpin umat masa depan harus memiliki beberapa karajter berikut sebagai modal
dasar bagi kepemimpinannya walaupun tentunya belum bias mewakili kompleksitas
yang akan terjadi. Adapun karateristik pemimpin untuk masa depan itu adalah :
a. Memiliki
aqidah islamiah yang mantab
Seorang
pemimpin harus menampilkan kepribadian yang kokok dan tidak mudah
terombang-ambing oleh berbagai arus pemikiran.
Dia harus mampu menjadi benteng sekaligus pengayom, bagi umatnya dan
kemantapan aqidah adalah indikator utama yang akan mempengaruhi
indikator-indikator lainnya.
b. Tasamuh
(Toleran)
Sikap
tasamuh ini dibutuhkan untuk mengantisipasi sikap talashub (fanatik) yang
pernah menjangkiti umat islam di masa-masa awal kehandirannya akibat perasaan
sukuisme yang sangat kental dari orang-orang saat itu. Kepemimpinan islam masa
depan harus mampu menanamkan sikap tasamuh dengan memberikan contoh yang baik
terlebih dahulu untuk menyatukan perbedaan sekaligus mengikis perasaan
sektarinisme yang sudah menjadi kultur
c. Memiliki
landasan kerjasama dan solidaritas
Kerjasama
ini harus diletakan pada kerangka yang luas baik itu dalam bentuk talawun
islamy (kerjasama umat islam) maupun talawun insany (Kerjasama antar umat
manusia) dan hal ini merupakan karakter kepemimpinan yang harus dimiliki oleh
pemimpin masa depan mengingat kompleksitas strafikasi sosial berikut berbagai
problematika yang akan mengikutinya.
d. Mampu
menghilangkan kultur organisasi
Organisasi
suku, masa, sosial politik dan lain-lain hanya akan menambah deretan persoalan
sekaligus memperlebar jurang perbedaan. Untuk itu budaya kultus organisasi
harus dihapuskan, dan seorang pemimpin masa depan harus memiliki visi kedepan
yang baik untuk membentuk ummatan wahidah (umat yang satu)
e. Terbuka
Pemimpin
masa depan haruslah terbuka terhadap dinamika internal umatnya, kritik yang
konstrutif dan demokrat karena seorang pemimpin
yang berwawasan sempit lambat laun akan menjelma menjadi diktator karena
tidak ada kontrol yang menjadi penyeimbang terhadap berbagai kebijakan yang
dikeluarkannya.
f. Bebas
dari penyakit “Jahid” dan “Jamid”
Penyakit Jahid
(reaksioner) dan Jamid (beku pikiran) merupakan penyebab runtuhnya Daulah
islamiyah dimasa lal. Untuk itu seorang pemimpin yang akan bersinggungan
langsung dengan era post modernialisme harus benar-benar arif dalam menyikapi
berbagai perkembangan yang terjadi. Menyikapi segala sesuatu dengan sikap
justru akan merugikan kedudukan seorang pemimpin karena yang terlihat bukanlah
sikap mengayomi melainkan justru sikap partisan yang tidak layak dikedepankan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar